ika mendengar kata "Ibu Tiri" apa yang terlindas dalam pikiran kita? Jika bagi sebagian orang ada yang berpendapat atau berpandangan bahwa dia adalah sosok yang jahat, hanya mencintai harta ayah kita, selalu manis dibibir dan buruk diperlakuan, selalu saja bersikap manis dan menunjukkan rasa sayangnya kepada anak-anak tirinya jika ayahnya ada tapi jika ayah tak ada maka 'tanduk'nya akan keluar. Hmm…
Atau ada sebagian besar masyarakat terpengaruh oleh film-film dan musik-musik yang menceritakan atau menggambarkan kejamnya sosok seorang ibu yang di khayal kan hamper seperti seorang penjahat bengis yang sewaktu-waktu bisa saja membunuh kita sebagai anak-anak tirinya. Wuu… serem ya…?
Nah yang jadi pertanyaan apakah selalu seperti itu? Benarkan seorang wanita yang berjulukan ibu tiri ini tidak mempunyai hati nurani sama sekali? Benarkah seorang wanita yang sebenarnya begitu mulia bisa menjadi seorang penjahat hina? Benarkah? Mungkin bisa jadi iya dan bisa jadi tidak sama sekali.
Disini saya ingin sedikit berbagi pengalaman dan pandangan terhadap seorang ibu tiri yang seyogyanya adalah ibu tiri yudi sendiri. Iya disini saya ingin menceritakan sosok seorang ibu tiri yang mungkin sedikit berbeda dari gambaran-gambaran yang ada diawal tadi.
Semenjak ummi dipanggil oleh Illahi Rabbi. Keluarga yang tadinya teduh, tenang, damai dan sejuk. Tiba-tiba menjadi neraka bagi semua penghuni-penghuninya. Semuanya tidak terkontrol dan terkendali, apalagi abi yudi yang sangat terpukul ketika kehilangan belahan jiwanya, kehilangan teman berbaginya dan kehilangan penghibur serta peneduh pandangannya dikala ia sedang dirundung gelisah dan gundah.
Selama satu setengah tahun keluarga yudi menjadi keluarga yang jauh dari kata harmonis dan tentram.hadirlah seorang wanita yang bernama Rusda. Tadinya kehadiran sosok wanita ini disisi abi saya,masih belum merasa manfaatnya. Dan masih terlalu jauh dari baik serta sosok seroang ibu, dia masih sering terdenagr marah-marah kepada adik saya yang terkecil dan seringnya dia mengomel-ngomel kepada abi karena beliau begitu capek dan repot mengurusi kita satu keluarga. Hal ini ternyata sering waktu berjalan terus berubah dan menjadi suatu hal yang sangat patut saya banggakan dan dapat saya ceritakan kepada seluruh teman-teman saya dimanapun. Perubahan ini saya rasakan ketika saya balik ke Banda Aceh beberapa hari yang lalu.
Adik-adik bercerita bagaimana ibu kini begitu bijaksana dalam memecahkan masalah-masalah dalam keluarga, terus abi yang dulunya malas solat sekarang sudah ingin solat lagi tanpa tinggal lagi. Dan adik saya yang paling kecil kini sedang menghapal Juz Amma yang setiap harinya dibantu oleh ibuku. Ibu juga bisa membantu abi untuk tetap tegar menghadapi semua tekanan dikantor dan mendukung abi untuk menjalankan amanah untuk menjadi pengurus musholla dikantornya. Keluarga besarpun mendapat efek dari kebaikan ibu tiriku ini. Seluruh keluarga besar kini sering berkumpul dirumah dan bercerita berbagi bersama-sama dan selalu memecahkan masalah-masalah bersama-sama. Tidak ada lagi yang berebut harta warisan, tidak ada lagi yang saling bermusuh-musuhan. Sekarang yang tertinggal adalah sebuah keluarga yang sangay harmonis dan tenang. Insya Allah kedepan pun saya berharap ini akan terus berjalan dan semakin baik dikemudian harinya. Seorang wanita yang dulunya sangat ditakuti kini sangat dicintai dan disayangi, dimana beliau bersedia berkorbankan waktunya untuk memenuhi keuangan keluarga, memberikan kebebesan berpikir bagi anak-anaknya dan harus sesuai dengan islami. Dimana tidak ada lagi kesenjangan antara saudara tiri dan saudara kandung. Sungguh senyum yang dulu kuncup kini telah berkembang lagi. Tiada lagi awan hitam dan guntur yang selalu menyambar didalam rumahku, yang ada kini hanya angin di musim bunga yang berhembus sepoi-sepoi menyejukkan hati penghuninya.
Sumber :
http://yudimuslim.multiply.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda