Pages

Glitter Text

Ingatkah waktu kecil dulu Ibu kita yang selalu menemani kita ketika kita pergi?
Kita yang dulu lemah yang selalu dibimbing oleh ibu kita hingga menjadi seperti sekarang. Ibu kita yang selalu tersenyum pada kita walaupun kita dimarahi oleh Ayah.

Sadarkah Ibu adalah seorang yang sangat sabar?

Apakah Ibu kita pernah marah kalau kita pergi dengan kekasih dunia kita?

Apakah Ibu kita pernah sedih saat kita sudah menikah dan tidak tinggal serumah lagi dengan Ibu kita?

Apakah Ibu kita pernah marah kalau kita tidak bisa menjadi dokter karena kita tidak mampu?

Apakah Ibu kita pernah marah kalau kita tidak bisa menjadi seorang polisi atau ABRI karena kita tidak memiliki jiwa patriotisme?

Apakah Ibu kita pernah marah kalau nilai ujian kita jelek?

Apakah kita sadar seorang Ibu selalu menyalahkan dirinya apabila kita mendapat nilai ujian jelek?

Apakah kita sadar kalau Ibu kita merasa gagal mendidik kita kalau kita tidak bisa mewujudkan cita-cita kita?

Apakah kita sadar Ibu kita yang selalu mengenang masa-masa indah ketika kita masih kecil kita selalu bermain bersama sang Ibu, dan ketika sudah besar kita lebih sering meninggalkan Ibu kita sendirian di rumah?

Apakah kita sadar saat kita menikah Ibu kita akan merasa kesepian karena diusianya yang sudah senja kita bukannya menemaninya malah kita tinggal bersama orang lain yang kita temukan pada saat kita dewasa?

Saya tahu kita semua mungkin belum bisa membalas jasa-jasa Ibu kita, tapi minimal menyambut bulan Suci Ramadhan ini kita bisa meminta maaf atas semua kesalahan kita pada Ibu kita bagi yang ibunya masih hidup,.dan mendoakan bagi yang ibunya sudah mendahului meninggalkan dunia…

Saya tahu mungkin sebagian dari kita sudah tidak memiliki Ibu lagi, saya tidak ingin kita yang masih memiliki Ibu masih menunda-nunda waktu untuk minta maaf, saya tidak ingin ketika pulang nanti ketika sampai di rumah kita sudah menemukan Ibu kita sudah tak bernyawa…

Saya juga tidak ingin kita semua yang belum bisa membahagiakan Ibu kita juga tidak sempat meminta maaf atas semua kesalahan yang kita berbuat karena kelalaian kita…

Saya tahu mungkin sebagian dari kita sudah tidak memiliki Ibu lagi, saya tidak ingin kita yang masih memiliki Ibu masih menunda-nunda waktu untuk minta maaf, saya tidak ingin ketika pulang nanti ketika sampai di rumah kita sudah menemukan Ibu kita sudah tak bernyawa…

Saya juga tidak ingin kita semua yang belum bisa membahagiakan Ibu kita juga tidak sempat meminta maaf atas semua kesalahan yang kita berbuat karena kelalaian kita Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan pamrih apapun juga. Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dlm setahun.

Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari-hari tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja “Mother’s Day” sedangkan di hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya waktu. Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga maupun hadiah.

Renungkanlah:
Kapan terakhir kali menelpon Ibu?
menanyakan kabar..?
Kapan terakhir mengundang Ibu, untuk makan bersama ?
Kapan terakhir kali mengajak Ibu jalan-jalan?
Dan kapan terakhir kali memberikan kecupan manis dengan ucapan terima kasih kepada Ibu yang telah melahirkan ?
Dan kapankah terakhir kali berdoa untuk Ibu ?

Berikanlah kasih sayang selama Ibu masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi ,..

Sumbaer :
Dalam Tajuk Harian FAJAR edisi 6 Desember 2006 termaktub: "Sebuah peristiwa
yang dari sisi hukum, moral dan agama yang dianut Aa Gym bukanlah sebuah
penyimpangan. Berbanding terbalik dengan kasus adegan sang legislator dan artis
Maria Eva." Pada tanggal 5 Des 2006 secara mendadak, Menteri Pemberdayaan
Perempuan Meutia Farida Hatta, dipanggil ke istana. Ia diminta menyiapkan
revisi undang-undang dan peraturan pemerintah soal perkawinan. Meutia Hatta
datang ke kantor presiden di komplek Istana Kepresidenan bersama Dirjen Bimas
Islam Departemen Agama, Nas(a)ruddin Umar, yang sebelum menjadi Dirjen pernah
menulis tentang adanya Nabi Perempuan
[http://www.suaramerdeka.com/harian/0103/23/kha5.htm]. Menurut Seskab Sudi
Silalahi yang mendampingi SBY, pertemuan itu membahas UU maupun PP tentang
perkawinan yang dinilai belum memberikan perlindungan bagi kaum perempuan. Sudi
Silalahi tidak menyangkal bahwa salah satu sebab SBY membahas masalah tersebut
adalah protes masyarakat
terkait poligami yang dilakukan Aa Gym. "HP (handphone) Bapak Presiden dan Ibu
Negara sampai tidak muat menerima SMS soal itu," kata Sudi. Menurut Sudi, SBY
sangat memperhatikan pentingnya perlindungan hukum bagi kaum perempuan. "Ini
sebagai respons bahwa beberapa hari ini, Presiden dan Ibu Negara menerima
banyak masukan dan saran dari kaum perempuan yang cukup perlu mendapat
perhatian," kata Sudi. Kaum perempuan sekuler yang usil memprotes Aa Gym itu
yang bagi isteri Aa Gym bukan masalah, itu adalah isyarat yang terang
benderang, bahwa itu bermuatan politis, ternyata pula mendapat respons serius
oleh SBY. Muatan politis itu didukung pula oleh kenyataan bahwa perzinaan yang
haram yang diperbuat Yahya Zaini + pasangannya Maria Eva didiamkan saja oleh
kaum perempuan sekuler yang memprotes itu. Tegasnya memang kaum sekuler itu
heboh terhadap kasus poligami yang halal tidak pusing mengenai kasus zina yang
haram. Mereka tidak mempunyai standar moral yang jelas.

Apa benar untuk melindungi perempuan harus merevisi UU Perkawinan dengan
melarang poligami? Justru yang harus direvisi dalam konteks perlindungan
gadis-gadis adalah KUHP. Untuk membicarakan hal ini kita mulai dahulu dengan
pemahaman privasi! Apa itu privasi? Dalam bingkai apa dan di bumi mana?
Pengertian privasi atau keleluasaan pribadi menjadi rancu, karena umumnya orang
tidak menyadari bahwa kakinya berpijak di Indonesia, tetapi kepalanya di
Eropah. Ini tidak wajar. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Kalau
kaki berpijak di Indonesia maka kepalapun harus ada di Indonesia, menjunjung
langit Indonesia. Kalau kepala ada di Eropah, maka privasi itu adalah bagian
dari humanisme yang sangat liberal, yang menjiwai semboyan Revolusi Perancis:
liberte', egalite' et fraternite' (kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan).
Asal tahu saja Hak Asasi Manusia menurut Barat berlandaskan pandangan hidup
humanisme agnostik tersebut.

Demikian liberalnya, berdasarkan atas filsafat humanisme agnostik ini,
sehingga demi privasi itu kekuasaan negara cq kehakiman berakhir di ambang
pintu masuk kamar tidur. Di dalam kamar tidur, siapapun tidak berhak menggangu
privasi orang-orang ataupun pasangan yang ada di dalamnya, kecuali jika salah
seorang ataupun keduanya dari pasangan itu isteri atau suami seseorang. Yang
laki-laki melanggar privasi suami perempuan teman sekamarnya dan yang perempuan
melanggar privasi isteri laki-laki teman sekamarnya itu. Pemahaman privasi yang
demikian itu (kepala di Eropah, kaki di Indonesia) terikut masuk ke Indonesia
melalui Wetboek van Straftrecht voor Nederlandsch Indie. Setelah kita merdeka,
menurut pasal VI UU 1946 no.1, diubah menjadi Wetboek van Strafrecht, atau
(K)itab (U)ndang-Undang (H)ukum (P)idana.

Pemahaman privasi itu kita jumpai dalam KUHP pasal 284: ayat (1) menyatakan
bahwa diancam pidana seorang pria kawin yang melakukan zina, seorang wanita
kawin yang melakukan zina; ayat (2) menyatakan bahwa tidak dilakukan penuntutan
melainkan atas pengaduan suami/isteri yang tercemar. Secara tersurat yang
dilarang oleh undang-undang adalah bermukah, yaitu perzinaan yang dilakukan
oleh laki-laki dan atau perempuan yang sudah kawin, bahasa Makassarnya,
assangkili', bahasa Belandanya "overspel" (keliwat main), dan itupun cuma delik
aduan. Sesungguhnya pasal 284 tersebut substansinya bukanlah larangan bermukah,
melainkan pada hakekatnya yang tersirat adalah pelanggaran privasi bagi suami
dari isteri yang bermukah atau pelanggaran privasi bagi isteri dari suami yang
bermukah.

Oleh sebab itu polisi tidak dapat menangkap orang yang berzina jika suami
perempuan berzina itu atau isteri laki-laki yang berzina itu tidak
berkeberatan. Polisi tak dapat berbuat apa-apa walaupun menyarakat
sekelilingnya melapor ke polisi tentang perzinaan itu. Maka gadis yang hamil
karena berzina dengan seorang jejaka, tidaklah dapat ia mengadukan musibah
kehamilannya itu ke polisi, berhubung gadis itu tidak punya suami ataupun
jejaka itu tidak punya isteri yang akan berkebaratan. Dengan demikian jejaka
yang menghamilkan itu tidak dapat diseret oleh polisi untuk disodorkan ke
jaksa, untuk selanjutnya didudukkan di kursi terdakwa dalam ruang pengadilan.
KUHP tidak melindungi perempuan. Justru inilah yang harus diubah, bukan UU
Perkawinan. Yayasan Jurnal Perempuan dan konco-konconya yang sekuler itu salah
tembak, karena matanya juling (cross-eyed), sehingga poligami dilihatnya
sebagai bentuk kekerasan terhadap perempuan.


Pasal 284 tersebut harus diganti dengan undang-undang yang lebih efektif
sesuai dengan Syari'at Islam, untuk mencegah perzinaan (pelacuran, hubungan
seks secara liar). Betapa tidak! Sanksinya hanya maksimum 9 bulan, yang dapat
dituntut hanya yang bermukah, hanya delik aduan, dan pengaduan dapat ditarik
kembali. Undang-undang pengganti pasal 284 KUHP tersebut, harus melarang
perzinaan, baik yang masih belum kawin, ataupun lebih-lebih lagi yang sudah
kawin, bukan delik aduan, siapa saja yang mengadukan kepada yang berwajib harus
dilakukan penuntutan, pengaduan tidak boleh ditarik kembali. Dengan demikian
maka hal memalukan Lembaga Legislatif karena perbuatan anggotanya Yahya Zaini
yang bertzina dengan Maria Eva (pengurus AMPI?), andaikata KUHP sejak dahulu
direvisi, keduanya akan berhadapan dengan hukum.

Firman Allah:
-- WLA TQRBWA ALZNY ANH KAN FAhSyt WSAa SBYLA (S. BNY ASRAaYL, 17:32), dibaca:
-- wala- taqrabuz zina- innahu- ka-n fa-hisyatan wasa-a sabi-lan, artinya:
-- Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu sangat keji dan jalan
yang amat jahat.
Mendekati saja sudah dilarang, betapa pula melakukannya. Ini semua tidak
dilihat oleh Yayasan Jurnal Perempuan dan konco-konconya yang sekuler yang
matanya juling itu. WalLlahu a'lamu bisshawab.

Sumber :
http://www.mail-archive.com
Berkenaan mendoakan orang tua yang berlainan keyakinan atau berlainan agama. Ada dua kondisi; pertama orang tua yang masih hidup, dan kedua orang tua yang sudah meninggal.

Mendoakan Orang tua yang meninggal dalam keadaan kafir.

Apabila orang tua meninggal dalam keadaan kafir, maka sang anak (muslim) tidak diperbolehkan mendoakan atau memohonkan ampun kepada Allah Swt untuk mereka, hal itu ditegaskan dalam al-Quran surat at-Taubat ayat: 113-114: Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampunan (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang itu kaum kerabatnya, setelah jelas bagi mereka bahwa orang-orang musyrik itu penghuni neraka jahanam. Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkanny kepada bapaknya. Maka ketika jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sungguh Ibrahim itu seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. QS 9:113-114

Banyak riwayat berkenaan dengan ayat di atas, diantaranya adalah sebagai berikut:
Dari Ibnu Abbas Ra, ayat ini (9:113) turun berkenaan karena Nabi Muhammad Saw mendoakan Ibunya, maka Allah melarangnya, kemudian beliau mengatakan: sesungguhnya Ibrahim kekasih Allah memohonkan ampun untuk bapaknya, maka turunlah surat at-taubat ayat 114 (Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkanny kepada bapaknya. Maka ketika jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sungguh Ibrahim itu seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun).

Dari Qatadah berkata: dulu para sahabat berkata kepada Nabi Muhammad Saw; Wahai Nabi Allah, sungguh sebagian orang tua kami ada yang berbuat baik dengan tetangga, menyambung silaturahmi, menyantuni orang yang kesusahan, memenuhi janji, tidak bolehkah kita mendoakan mereka? Maka Nabi pun menjawab: benar, dan demi Allah aku memohonkan ampun untuk bapakku sebagaimana Ibrahim memohonkan ampun untuk bapaknya. Maka turunlah ayat ini (at-Taubah;113-114).

Dari riwayat-riwayat yang menjelaskan turunnya ayat tersebut, jelas bahwa tidak dibolehkan seorang anak (muslim) mendoakan/memohonkan ampun kepada orang tunya yang meninggal dalam keadaan musyrik atau selain Islam.

Hal ini terlepas dari masalah tentang orang tua Nabi Muhammad Saw, sebab para ulama’ berselisih pendapat terhadap masalah ini. Karena Ibu dan ayah Nabi Muhammad hidup dalam masa fatrah (masa setelah sepeninggalnya Rasul sebelum Nabi Muhammad sampai masa diutusnya Nabi Muhammad).

Yang menjadi pembahasan disini adalah orang yang meninggal pada saat setelah di utusnya Nabi Muhammad, dimana ajaran Islam sudah sampai kepada mereka, dan mereka mati dalam keadaan tidak beriman. Maka seorang anak muslim tidak diperbolehkan mendoakan orang tuanya yang mati dalam keadaan kafir.

Sedangkan hadits yang mengatakan bahwa: jika manusia meninggal dunia, maka terputuslah semua amal perbuatannya kecuali tiga perkara, yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya.
Poin ketiga ”anak shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya”, Yang dimaksud hadits tersebut adalah anak shaleh yang mendoakan orang tuanya yang mati dalam keadaan Islam.



Mendoakan orang tua beda agama yang masih hidup
apabila orang tua yang berlainan agama itu masih hidup, maka tidak menjadi masalah/dibenarkan seorang anak mendoakannya, misalnya supaya orang tuanya mendapatkan hidayah/petunjuk dari Allah Swt. Dalam hal ini ada beberapa riwayat yang menjelaskan, diantaranya adalah:

Dari Ibnu Abbas berkata: ada seorang yahudi meninggal dunia, dan ia mempunyai seorang anak muslim, maka anaknya itu tidak ikut keluar mengantarkan jenazah bapaknya, hal itu disampaikan kepada Ibnu Abbas, maka dia berkata: selayaknya anaknya ikut mengantarkan, mengebumikan dan mendoakannya untuknya kebaikan selama ia masih hidup, jika telah meninggal maka urusannya diserahkan kepada Allah Swt, kemudian Ibnu Abbas membaca ayat 114 dari surat Taubah.

Dalam riwayat lain bahwa Abu Hurairah datang kepada Rasulullah Saw, meminta supaya mendoakan Ibunya agar mendapatkan hidayah, karena ia sering mencari Rasulullah, maka Rasulullah pun mendoakan. Dan ketika Abu Hurairah pulang ke rumah, mendapati ibunya telah berubah dan masuk Islam.

Sumber :
http://forumm.wgaul.co
Dampak yang dirasakan seorang anak yang kurang kasih sayang menurut ahli psikologi sangat rentan terjadi pada anak yang berumur sekitar 2 tahun. Pada masa ini traumatis anak karena merasa diabaikan oleh orang tuanya mampu membekas dalam dirinya sampai dewasa kelak. Anak-anak yang kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi akibat problem kasih sayang, berpotensi mengalami masalah intelektual, masalah emosional dan masalah moral sosial di kemudian hari. Berikut di antara dampak negatif anak kurang kasih sayang dari orang tuanya:

1. Dalam masalah intelektual

- Mempengaruhi kemampuan pikir seperti halnya memahami proses ‘sebab-akibat’.

Ketidakstabilan atau ketidakkonsistenan sikap orang tua, mempersulit anak melihat hubungan sebab akibat dari perilakunya dengan sikap orang tua yang diterimanya. Dampaknya akan meluas pada kemampuannya dalam memahami kejadian atau peristiwa-peristiwa lain yang dialami sehari-hari. Akibatnya, anak jadi sulit belajar dari kesalahan yang pernah dibuatnya.

- Kesulitan belajar

Kurangnya kasih sayang dengan orang tua, membuat anak lamban dalam memahami, baik itu instruksi maupun pola-pola yang seharusnya bisa dipelajari dari perlakuan orang tua terhadapnya, atau kebiasaan yang dilihat/dirasakannya.

- Sulit mengendalikan dorongan

Kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, membuat anak sulit menemukan kepuasan atas situasi/perlakuan yang diterimanya, meski bersifat positif. Ia akan terdorong untuk selalu mencari dan mendapatkan perhatian orang lain. Untuk itu, ia berusaha sekuat tenaga, dengan caranya sendiri untuk mendapatkan jaminan bahwa dirinya bisa mendapatkan apa yang diinginkan.

2. Dalam masalah emosional

- Gangguan bicara

Menurut sebuah hasil penelitian, problem kasih sayang yang dialami anak sejak usia dini, dapat mempengaruhi kemampuan bicaranya. Dalam dunia, psikologi, hingga usia 2 tahun dikatakan sebagai masa oral. Pada masa ini anak mendapatkan kepuasan melalui mulut (menghisap-mengunyah makanan dan minuman). Oleh sebab itulah, proses menyusui merupakan proses yang amat penting untuk membangun rasa aman yang didapat dari pelukan dan kehangatan tubuh sang ibu.

Memang, secara psikologis anak yang merasakan ketidaknyamanan akan kurang percaya diri dalam mengungkapkan keinginannya. Atau kurangnya kasih saying tersebut membuat anak berpikir bahwa orang tua tidak mau memperhatikannya sehingga ia lebih banyak menahan diri. Akibatnya, anak jadi tidak terbiasa mengungkapkan diri, berbicara atau mengekspresikan diri lewat kata-katanya. Perlu diketahui, melalui komunikasi yang hangat seorang ibu terhadap bayinya, lebih memacu perkembangan kemampuan bicara anak karena si anak terpacu untuk merespon kata-kata ibunya.

- Gangguan pola makan

Ada banyak orang tua yang kurang reponsif/ kurang tanggap terhadap tangisan bayinya. Mereka takut jika terlalu menuruti tangisan bayinya, kelak ia akan jadi anak manja dan menjajah orang tua. Padahal, tangisan seorang bayi adalah suatu cara untuk mengkomunikasikan adanya kebutuhan seperti halnya rasa lapar atau haus.

- Perkembangan konsep diri yang negatif

Ketiadaan perhatian orang tua, sering mendorong anak membangun image bahwa dirinya mandiri dan mampu hidup tanpa bantuan siapa pun, image itu berusaha keras ditampilkan untuk menutupi kenyataan yang sebenarnya. Padahal, dalam dirinya tersimpan ketakutan, rasa kecewa, marah, sakit hat terhadap orang tua, sementara ia juga menyimpan presepsi yang buruk terhadap diri sendiri. Ia merasa tidak diperhatikan, merasa disingkirkan, merasa tidak berharga sehingga orang tua tidak mau mendekat padanya- dan, memang ia juga merasa tidak ingin didekati. Tanpa sadar semua perasaan itu diekspresikan melalui tingkah laku yang aneh-aneh, yang orang menyebutnya ‘nakal’, ‘liar’, ‘menyimpang’. Mereka juga terlihat suka menuntut secara berlebihan, suka mencari perhatian dengan cara-cara yang negatif.

- Sulit membedakan sesuatu

Anak akan sulit melihat mana yang baik dan tidak, yang boleh dan tidak boleh, yang penting dan kurang penting, dari keberadaan orang tua yang juga tidak bisa menjamin ada tiadanya, yang tidak dapat memberikan patokan moral dan norma karena mereka mengalami kesulitan dengan dirinya sendiri.

Tidak jarang anak-anak tersebut memunculkan sikap dan tindakan seperti: suka berbohong(yang sudah tidak wajar), mencuri(karena ingin mendapatkan keinginannya), suka merusak dan menyakiti(baik diri sendiri maupun orang lain), dan menurut sebuah penelitian, mereka cenderung tertarik pada darah, api dan benda tajam.

Sumber :
http://www.facebook.com/notes/gerakan-pecinta-ibu-ibu-lovers/bila-kasih-sayang-kurang/184717756215
Manfaat Kedekatan Orang Tua

Manfaat kedekatan ini sangat besar bagi anak, diantaranya:

- Menumbuhkan rasa percaya diri

Perhatian dan kasih sayang orang tua yang stabil, menumbuhkan keyakinan bahwa dirinya berharga bagi orang lain. Jaminan adanya perhatian orang tua yang stabil, membuat anak belajar percaya pada orang lain.

- Menumbuhkan kemampuan membina hubungan yang hangat

Hubungan yang diperoleh anak dari orang tua, menjadi pelajaran baginya untuk kelak diterapkan dalam kehidupannya setelah dewasa. Kasih sayang yang hangat, menjadi tolak ukur dalam membentuk hubungan dengan teman hidup dan sesamanya. Namun hubungan yang buruk menjadi pengalaman yang traumatis baginya, sehingga menghalangi kemampuan membina hubungan yang stabil dan harmonis dengan orang lain.

- Menumbuhkan semangat mengasihi sesama dan peduli pada orang lain

Anak yang tumbuh dalam hubungan kasih sayang yang hangat, akan memiliki sensitivitas atau kepekaan yang tinggi terhadap kebutuhan sekitarnya. Dia mempunyai kepedulian sosial yang tinggi, membantu kesusahan orang lain menjadi kebutuhannya.

- Melatih disiplin

Kasih sayang orang tua terhadap anak, membuat orang tua dapat lebih memahami anak. Sehingga orang tua lebih mudah memberikan arahan secara proposional, empati, penuh kesabaran dan pengertian yang dalam. Anak juga akan belajar mengembangkan kesadaran diri, dari sikap orang tua yang menghargai anak. Sikap menghukum hanya akan menyakiti harga diri anak dan tidak mendorong kesadaran diri. Anak patuh karena takut.

- Berpengaruh pada pertumbuhan intelektual dan psikologis

Bentuk kasih sayang yang terjalin, kelak mempengaruhi pertumbuhan fisik, intelektual dan kongnitif serta perkembangan psikologis anak.

Sumber :
http://www.facebook.com/notes/gerakan-pecinta-ibu-ibu-lovers/bila-kasih-sayang-kurang/184717756215
Ibu ... betapa indah dan sucinya kata ini. Kata yang membawa wanginya keramahan dan cinta kasih ke dalam jiwa, dan membuat kita merasakan kehangatan dan kemurniannya.

Dunia Barat sekarang baru menemukan nilai mulia Ibu, sedangkan umat Islam telah berabad-abad mempercayai kedudukannya yang mulia berdasarkan ajaran Ilahi melalui Islam. Islam percaya pada nilai ibu yang luar biasa, dan telah menarik perhatian manusia melalui berbagai ungkapan dan pernyataan. Bahkan Islam menganggap bahwa mencapai tahap akhir kesempurnaan, yakni sorga, tergantung pada kerelaan Ibu. Nabi Muhammad saw bersabda, "Sorga terletak di bawah telapak kaki ibu."

Dalam memuliakan kedudukan ibu, Islam tidak membatasi diri pada nasihat, perintah dan anjuran lisan. Tetapi Islam juga memandang perintah dan larangan ibu sebagai suatu kewajiban untuk dilaksanakan dalam hal-hal tertentu. Misalnya, dalam perkara yang disunnahkan Allah, tetapi berlawanan dengan larangan ibu, maka anak-anak dinasihati untuk menaati larangan ibu mereka.

Apabila seorang anak ingin berpuasa sunnah, atau melakukan perjalanan yang disunnahkan, tetapi ibunya melarangnya, maka wajiblah bagi si anak untuk menaati ibunya. Apabila anak itu melawan kehendak ibunya, maka bukan saja ia tidak memperoleh pahala karena amalnya itu, melainkan ia justru memperoleh dosa dikarenakan penolakannya untuk menaati ibunya.

Perkara lain dimana perintah ibu dihormati sebanding dengan perintah Allah ialah apabila perintah Allah berlawanan dengan larangan ibu, dengan syarat bahwa perbuatan itu tidak termasuk dalam perintah yang wajib seperti shalat fardhu atau puasa Ramadhan. Misalnya dalam masalah jihad, orang yang mampu berperang harus ikut serta dalam pertempuran. Tetapi apabila seorang muda memenuhi semua persyaratan untuk pergi jihad, kecuali bahwa ibunya tidak mengizinkannya pergi (dengan syarat bahwa keabsenannya tidak membahayakan umat Islam), maka ia boleh untuk tidak ikut dalam peperangan semata-mata karena larangan ibunya.

Seorang lelaki datang kepada Nabi seraya berkata, "Wahai Nabi Allah! Saya muda dan kuat, siap bertindak dan berbakti, dan ingin sekali pergi ke medan jihad untuk kemajuan Islam! Tetapi ibu saya tidak membiarkan saya meninggalkannya untuk pergi berperang." Nabi yang mulia bersabda, "Pergilah tinggal bersama ibumu. Saya bersumpah kepada Tuhan yang memilih saya sebagai Nabi, bahwa pahala yang engkau dapatkan untuk melayaninya meskipun hanya semalam, dan membahagiakannya dengan kehadiranmu, jauh lebih besar dari pahala perang jihad selama satu tahun."

Islam memandang penghormatan kepada orang tua dan pelaksanaan hak-hak mereka sebagai kewajiban manusia terbesar setelah perintah Ilahi. Al-Quran mengatakan dalam hubungan ini, "Bersyukurlah kamu kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu." (QS 31:14) Perlu diperhatikan bahwa di sini Allah Ta'ala, segera setelah menyebut hak-Nya sendiri, menyebutkan hak kedua orang tua.

Seorang lelaki datang kepada Nabi seraya berkata, "Wahai Nabi Allah! Tunjuki saya, kepada siapa saya mesti berbuat baik untuk mendapatkan manfaat yang sempurna atas amal kebajikan saya?" Beliau bersabda, "Berbuat baiklah kepada ibumu." Lelaki itu bertanya dua kali lagi, "Dan sesudah beliau?" Nabi menjawab, "Kepada ibumu." Lelaki itu bertanya, "Kepada orang lain siapakah saya mesti berbuat baik pula?" Nabi bersabda, "Kepada ayahmu."

Seorang lelaki bertanya kepada Imam Ja'far Shadiq (AS): "Apakah ada nikmat yang diperintahkan Allah dalam al-Quran untuk diperlihatkan kepada orang tua?" Imam menjawab, "Itu berarti bahwa engkau harus bersikap baik dan terpuji dalam pergaulan dengan mereka. Tidak memaksa mereka meminta pertolonganmu di saat perlu, bahkan justru engkau berusaha memenuhi keperluan mereka sebelum mereka memintamu."
Allah berfirman, "Engkau sekali pun tak akan sampai pada kebaktian (yang sempurna), sebelum engkau menafkahkan sebagian harta yang engkau cintai. Dan apa pun yang engkau nafkahkan, maka sungguh Allah mengetahuinya." (QS. 3:92)
"Jika orang tuamu menyebabkan perasaan tidak senang pada dirimu, maka janganlah engkau (membalas dengan) membuat mereka tak senang. Jika mereka memukulmu, engkau tak boleh (membalas dengan) menyakiti mereka. Bahkan engkau mesti mendoakan mereka, dan tidak melemparkan apapun selain pandangan cinta dan kasih sayang kepada mereka. Suaramu tidak boleh lebih keras dari mereka, dan engkau tidak boleh berjalan mendahului mereka!"

Imam Ahlubait yang ke-4 berpesan, "Adalah hak ibumu agar engkau mengingatnya bahwa ia telah mengandungmu dalam rahimnya selama berbulan-bulan. Memeliharamu dengan sari hidupnya. Mengerahkan semua yang ada padanya untuk memelihara dan melindungimu. Ia tidak mempedulikan rasa laparnya, sedangkan engkau diberinya makan sepuas-puasnya. Ia mengalami rasa haus sementara dahagamu dipuaskan. Ia mungkin tak berpakaian, tapi engkau diberinya baju yang baik-baik. Ia mungkin berdiri di panas terik matahari, sementara engkau berteduh. Ia meninggalkan tidurnya yang enak demi tidurmu yang pulas. Ia melindungimu dari panas dan dingin. Ia menanggung semua kesusahan itu demi engkau! Maka engkau layak untuk mengetahui bahwa engkau tak akan mampu bersyukur kepada ibumu secara pantas, kecuali Allah menolongmu dan memberikan keridhaan untuk membalas budinya."

Sumber :
http://hardiyansyah-ahmad.blogspot.com
Salah seorang motivator menulis definisi sukses dalam bukunya sebagai sebuah perjalanan (success is a journey). Perjalanan sukses seseorang akan berarti jika ia melakukan yang terbaik apa pun yang ada dalam pekerjaannya.

Bagaimana jika pengertian sukses tersebut bisa diterapkan dalam berbisnis?. Semoga saja cerita sukses tiga Ibu muda bernama Dinar Esfandiary (34), Rani Silmy (34) dan Ira Karmawan (35) dalam merintis dan menjalankan bisnis patungan mereka bernama Simply Idea (SI) bisa jadi salah satu inspirasi pebisnis.

Awal bisnis tiga ibu muda ini terbilang unik. Perkenalan ketiganya terjadi di lingkungan sekolah taman kanak-kanak. Eit, bukan berarti mereka berasal dari satu sekolahan lho, melainkan putra putri mereka tengah belajar di sekolah yang sama. Ceritanya, mereka yang sehari-hari beraktivitas mengantar dan menunggui putra putri bersekolah ini semakin akrab dengan pertemuan-pertemuan yang terjadi. Merasa cocok, keakraban ketiganya berlanjut dengan keinginan untuk mendirikan sebuah bisnis.

Ide bisnis mereka pada awalnya juga tak jauh dari dunia sehari-hari yang berhubungan dengan anak. Bisnis bedding dipilih, dengan produk seprai, bed cover dan lainnya pelengkap tempat tidur anak. Ciri khas produk yang ditawarkan adalah aplikasi dan bordir berbahan baku katun.

Dengan modal awal Rp5 juta, lika liku perjalanan bisnis pun di mulai. Namun menjalankan bisnis memang tak semulus yang dibayangkan. Sebagai pemula tentunya banyak sekali kekurangan yang dirasakan. Diantaranya mereka belum memiliki sumber daya memadai, seperti mesin jahit, dan juga penjahit yang pas, mereka pun tak kehilangan akal. Kawasan Mayestik ketika itu jadi tujuan mereka mencari tempat jahitan. Tak sengaja, mereka akhirnya bertemu dengan penjahit dan tukang bordir yang tengah mencari pekerjaan. Beruntung, hasil kerja penjahit sesuai dengan yang mereka inginkan.

Tidak mau tanggung-tanggung, ketiganya tak segan mulai memasarkan produk dengan sistem door to door. Target awalnya adalah orang-orang terdekat seperti keluarga dan teman-teman. Mereka tetap bersemangat jika pun produk belum diminati di satu tempat, produk tetap dijajakan di tempat yang lain. “Kami bawa dua boks, diturunin, lalu menunggu mereka (pelanggan,- Red) memilih produk. Kalau tidak sreg Kami jalan lagi ke teman yang lain. Pokoknya benar-benar penjual keliling,” ujar Dinar. Setelah dievaluasi, ternyata produk SI digemari oleh banyak teman dan kerabat.

Tak puas hanya dengan hasil tersebut, ketiganya semakin tertantang untuk lebih mengembangkan SI. Modal patungan kembali dikumpulkan untuk tujuan tersebut, berjumlah Rp50 juta. Modal tersebut habis digunakan untuk mengisi workshop, membeli mesin jahit dan mesin obras, membeli kain serta merekrut pegawai.

Berjalan dalam hitungan bulan, ketiganya kemudian berambisi menjual produk di departement store. Bukan perkara gampang memang. Tanpa pengetahuan sama sekali untuk memasok produk ke tempat tersebut, mereka pun mencoba mencari tahu ke sebuah departemen store ternama. Dari pertemuan dengan buyer, diketahui masih banyak yang harus dibenahi agar produk SI bisa dipajang di tempat tersebut. Contohnya kemasan, label, dan washing instruction.

Setelah diberi tenggang waktu satu bulan, mereka pun kembali mempresentasikan produknya. Kali ini produk dikemas lebih eksklusif dengan plastik lebih tebal, diberi kancing dan logo brand. Selangkah lebih maju, produk SI akhirnya bisa dijajakan pada masa-masa big sale di departement store tersebut. Jika tiga kali big sale ternyata produk diminati konsumen, baru lah produk diberi tempat untuk dijajakan setiap hari di tempat perbelanjaan tersebut. Itu pun diberi masa percobaan selama satu tahun. Jika mencapai target dilanjutkan, jika tidak, berhenti.

Tapi tentu saja jika hanya mengandalkan penjualan selama masa big sale terlalu banyak waktu terbuang percuma. “Workshop kosong bisa-bisa karyawan tidak gajian,” pikir mereka ketika itu. Akhirnya ketiganya memutuskan untuk mengikuti berbagai bazaar pada masa-masa lowong tersebut. Setahun menjalani berbagai bazaar, ternyata hasilnya memuaskan. SI telah memiliki 2 outlet di dua mall besar di Jakarta, dibantu 6 karyawan.



Survive dengan Kualitas, Inovasi dan Servis

Tiga tahun sudah tiga ibu-ibu muda ini menjalankan bisnis SI. Mereka pun mengakui bisnis tidak selalu berada di atas. “Jatuh bangun juga. Omset naik turun, ada musimnya. Misalnya lebaran dan liburan biasanya tinggi,” ujar Dinar.

Kendati demikian mereka tetap optimistis bisa exist dan memperoleh hasil yang memuaskan. Kunci untuk mencapai keinginan tersebut, menurut mereka ada tiga hal yang harus selalu dijalankan dengan baik. Tiga hal tersebut adalah kualitas, inovasi dan servis.

Saat ini, selain membuat produk beddings, SI juga merambah party goody bags, dekorasi dan perlengkapan lengkap kamar bayi termasuk furniture. Mereka mengaku harus banyak melakukan inovasi mengingat banyak produk lain yang belakangan meniru produk SI. Sementara dalam hal servis, mereka tidak segan-segan untuk mengganti barang yang rusak dari laporan pelanggan meskipun terkadang disebabkan kelalaian pelanggan sendiri. Tau cara lainnya, mengirimkan kartu ucapan dan small gift bagi buah hati pelanggan.

Ketiganya tak hanya sukses dalam bisnis. Meski berbisnis mereka mengaku dapat mencurahkan cukup perhatian mereka kepada keluarga. Dan tampaknya mereka semakin menikmati dunia bisnis yang memberikan kebebasan waktu.

Sekadar diketahui, ketiga ibu muda ini pernah menjalani dunia karier. Dinar memutuskan berhenti setelah menikah. Sementara Rani dan Ira yang berprofesi sebagai dokter gigi memutuskan berhenti ketika mereka melihat anak-anak memerlukan lebih banyak waktu dan perhatiannya.

Sumbar :
http://cepiar.wordpress.com
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pendidikan, pengetahuan gizi, pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga dengan tingat keragaman makanan di rumah tangga untuk pemenuhan gizi keluarga di Desa kawedusan Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. Jenis penelitian adalah explanatory metode survei dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua ibu rumah tangga di Desa Kawedusan, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen. Teknik pengambilan sample adalah secara simple random sampling dari total populasi sebanyak 430 orang sehingga didapatkan sample berjumlah 81 orang dengan alpha 0,1. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besa responden mempunyai rata-rata umur 37,71 tahun dengan jumlah anggota keluarga 5 orang, pendidikan dasar (52,94%), pekerjaan non ibu rumah tangga (50,59%), berpengetahuan gizi baik 988,24%) dan berpendapatan keluarga dengan kategori sangat miskin (52,94%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji korelasi spearman menunjukkan ada hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan tingkat keragaman makanan (p=0,014). Hasil yang sama jug adiperolh pad av pendapatan kelaurga (p=0,000), sedangkan hasil uji statistik antara pengetahuan gizi ibu menunjukkan tidak ada hubungan bermakna (p=0,758). Hubungan pekerjaan ibu dengan tingkat keragaman makanan di uji statistik menggunakan uji Chi Square, dan berdasarkan uji tersebut tidak menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan itu dengan tingkat keragaman makanan dirumah tangga (p=0,240). Saran bagi institusi kesehatan untuk meningkatkan upaya penyuluhan dalam rangka pendidikan gizi untuk mendukung upaya penganekaragaman konsumsi pangan. Hasil pendidikan dan penyuluhan tidak hanya mencapaitingkat kognitif (pengetahuan), tetapi juga afektif (penghayatan) dan psikomotor (pengalaman). Saran bagi pemerntah desa agar merencanakan program untuk meningkatkan pendidikan masyarakat, misalnya melalui pendidikan non formal kejar paket A dan kejar paket B. saran untuk peneliti lainnya adalah agar dilakukan penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian lain, variabel dan sample yang lebih banyak guna melengkapi dari penelitian ini. Kata Kunci: PENDIDIKAN, PENGETAHUAN GIZI, PEKERJAAN, PENDAPATAN, TINGKAT KERAGAMAN MAKANAN.

Sumber :
http://eprints.undip.ac.id
Kenapa ya ibu kandung jarang diilustrasikan sebagai ibu yang pilih kasih kepada anak-anaknya sendiri? Padahal, tak sedikit ibu kandung yang dirasakan anaknya seperti stereotip ''ibu tiri''. Memperlakukan beda antara anak satu dan yang lain. Berikut penjelasan dr Nalini Muhdi Agung, Psikiater.

Dalam kajian ilmu jiwa, ada istilah sibling rivalry untuk menggambarkan kondisi persaingan antarsaudara, kakak, dan adik, yang menimbulkan perasaan cemburu. Fenomena itu kerap muncul setelah nongol adik baru.

Wajar, pada masa anak, mereka mendambakan perhatian serta kasih sayang eksklusif dari orang tuanya. Terutama, ibu. Sering pada saat bersamaan, lahir adik baru yang lebih mungil dan lucu. Tentu, dia membutuhkan perhatian lebih daripada kakaknya karena masih lemah. Tak ayal, si kakak merasa ibu lebih sayang dan perhatian kepada adik daripada dirinya. Kendati sudah dijelaskan bahwa ibu tetap sayang padanya, secara tidak sadar mungkin ibu malah menunjukkan perlakuan tidak adil kepada dirinya.

Misalnya, si ibu belum-belum sudah khawatir bila kakaknya membuat adik mungil terganggu. Akibatnya, kendati bermaksud baik, kakak disuruh menjauh dari adik. Padahal, si kakak ingin bermain dengan adiknya, ''mainan'' barunya.

Lantaran persepsi dan daya pikir anak-anak masih terbatas, kakak berpikir bahwa adik sudah bisa diajak bermain seperti dirinya. Dia tak memahami bahwa adik masih butuh tahap-tahap perkembangan untuk menjadi seperti dirinya. Pada saat yang sama, dia juga butuh perhatian besar dari ibu. Di sinilah biasanya ''pertempuran'' dimulai.

Bila ibu tak bisa menyikapi dengan bijaksana, rivalry berlanjut sampai dewasa. Misalnya, ketika sedang bermain bersama lantas terjadi perkelahian dan adik menangis, si kakak langsung disalahkan atau dimarahi, tak peduli siapa yang sebetulnya salah. ''Udah gede tapi gak mau ngalah sama adik...!" seperti itulah biasanya yang diucapkan ibu. Karena keseringan, lama-lama kakak merasa ibu tak adil, tak sayang lagi dengan dirinya, merasa ibu ''selingkuh'' dengan adiknya, dan sebagainya. Akibatnya, dia tambah berulah menjengkelkan. Ibu tambah gemas dan berusaha melindungi adik. Begitulah, si kakak makin berulah dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan, eh mendapatkan perhatian dari ibu. Dalam pola pikir anak: lebih baik dimarahi daripada dicuekin ibu. Kasihan dia, bak anak tiri.

Sumber :
http://harianbatampos.com
Emansipasi wanita adalah topik hangat saat ini karena berkaitan dengan hari Kartini. O.. ya mengenai Ibu R.A Kartini, tentu saya sangat bangga dengannya bukan hanya ketokohannya memperjuangkan hak-hak wanita agar wanita tidak selalu menjadi konco wingking, namun juga karena beliau terlahir di kecamatan Mayong, Jepara tepat di depan rumah kakek saya. Perjuangan R.A. Kartini yang lahir pada tanggal 21 April memang masih diperingati hingga saat ini meskipun tidak semeriah waktu saya masih sekolah di SMP1 Kecamatan Mayong dimana pada saat itu diadakan beberapa lomba seperti putri-putrian ala Kartini dan lomaba-lomba yang lain.

Emansipasi wanita adalah perjuangan wanita menuntut hak-nya agar bisa sederajat dengan laki-laki seperti hak untuk bekerja seperti laki-laki, hak berpendapat seperti laki-laki, hak menjabat posisi seperti laki-laki bahkan sampai dengan posisi presiden. Namun apakah benar emansipasi wanita diperluakan saat ini dan hak apa yang diperjuangkan untuk disamakan derajatnya?

Cobalah kita kembali pada fitrah kita sebagai mahluk Tuhan. Pria dan wanita sampai hari kiamatpun tidak akan bisa sama karena memang tidak sama. Dan perlu diketahui bahwa keduanya bukanlah pesaing yang saling mengalahkan dan dikalahkan. Terlalu naif bagi pria apabila ia bersaing dan ingin mengalahkan wanita dan terlalu jumawa apabila wanita minta disamakan dan bahkan ingin mengalahkan pria dengan gerakan emansipsi wanita yang kebablasan. Kedua mahluk itu secara prinsip memang berbeda baik secara fisik maupun non fisik. Pria dengan segala kekuatannya, kemampuannya dan ketegasannya sangat mengedepankan logika, sedangkan wanita dengan kelembutannya dan kasih sayangnya mengandalkan perasaannya. Dengan demikian, pria adalah pasangan wanita dan wanita adalah pasangan pria, demikianlah takdir Tuhan menciptakan keduanya yang saling membutuhkan satu sama lain.

Dengan demikian apakah emansipasi wanita dan perjuangan-nya menuntut hak masih diperlukan?? dan hak apa saja yang diperjuangkan??

Sumber :
http://zam-sy.blogspot.com/2009/04/emansipasi-wanita-dan-perjuangan.html
Apa sih yang paling cepet “melintas” ketika kita mendengar kata “Ibu Tiri”? Yang jelas bukan bajaj atau delman hehehe…. Waktu aku Tanya ini kepada anak-anak disekitar rumahku, rata-rata menjawab:

“Ibu tiri itu tukang nyiksa!”

“Jahat sama anak kecil!”

“Suka nendang, mukul n jambak rambut!”

“Yang jahat sama Candy?”

Kayaknya nggak ada yang jawab,”Ibu tiri adalah istrinya ayah tapi bukan ibu kandungku”, hehehe….. Image ibu tiri udah terlanjur segitu ancurnya gara-gara peran sinetron yang menggambarkan ibu tiri yang kejam, tamak dan suka menyiksa anak-anak. Jarang sekali kita temui konotasi yang positif bersanding dengan kata “Ibu tiri”. Tidak sedikit ibu kandung yang juga punya “jiwa” seperti ibu tiri. Banyak sekali anak-anak yang jadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan pelaku ibu kandungnya sendiri, atau tidak terhitung lagi bayi yang dibuang sia-sia oleh ibu kandungnya sendiri. Padahal banyak sekali ibu-ibu yang sangat merindukan kehadiran seorang anak, kok tega-teganya sih? Kalau orang itu ada didepanku mungkin sudah aku maki-maki sampai bibir jontor… bibirku maksudnya yang jontor bukan bibir si ibu. Anti kekerasan fisik hehehe…

Kenapa dengan Ibu tiri? Nggak tau, terlintas saja dalam benakku ketika didaulat menulis. Image ibu tiri yang negative membuatku gemes. Banyak lho, ibu tiri berhati emas, yang sama penyayangnya terhadap semua anaknya, yang tiri atau yang kandung (maaf nulisnya blepotan hehehe…). Salah satunya adalah almarhum nenekku, yang biasa ku panggil dengan sebutan Oma. Ibuku selalu mengatakan kalau Oma adalah wanita berhati emas. Ketika ibuku berumur dua tahun, kakek meninggal dunia dan Oma menikah lagi dengan seorang duda beranak empat yang masih kecil-kecil. Karena cukup lama ditinggal mati oleh ibu kandung mereka, keempat anak itu tumbuh menjadi anak-anak terlantar. Udah jarang mandi, apalagi kenal soal tatakrama, boro-boro deh…. Tapi Oma dengan sabar mendidik mereka dengan tegas tapi penuh kasih sayang. Oma juga tidak pernah membedakan rasa sayangnya terhadap ibu maupun saudara-saudara tirinya. Hasilnya, sekarang mereka, om dan tante-tanteku sudah jadi orang yang sukses. Tapi rupanya ada anggota keluarga yang tidak suka dengan keharmonisan keluarga Oma, dan menyebarkan berita bahwa Oma bukan ibu kandung mereka. Hal ini terjadi ketika keempat saudara tiri ibu sudah beranjak dewasa. Saat itu ibu pun tidak tahu menahu perihal “status” keempat saudaranya. Mereka pun sempat bersitegang cukup lama, bahkan sampai mereka masing-masing telah menikah. Syukur Alhamdulillah masalah tersebut sudah teratasi. Itu pun berkat hati emas Oma yang sangat pemaaf. Beliau memaklumi kondisi hati anak-anaknya dan memaafkan mereka.

Masih ingat juga tentang betapa besarnya cinta seorang Letkol (CPM) MF Sugiyarti, terhadap anak tirinya, almarhum Partahi Mamora Halomuan Lumbantoruan dan betapa hancur hati sang ibu ketika mendengar anaknya yang tengah menempuh pendidikan S3 di Amerika itu meninggal dunia karena menjadi korban penembakan mahasiswa Korea yang stress. Aku sangat tersentuh mendengar pernyataan beliau didepan media televisi, ketika kabar kematian anaknya sampai ke telinganya. “Saya ikhlas anak saya dipanggil yang Maha Kuasa. Tapi sebagai manusia yang terdiri dari darah dan daging, saya tidak rela anak saya mati dengan cara seperti itu! Anak saya orang baik!”. Tanpa sadar aku jadi ikut menangis…

Figure ibu tiri lain yang membuatku kagum adalah tetanggaku sendiri. Tadinya aku agak ragu untuk menulis tentang dia walaupun identitasnya anonym, takutnya dia keberatan. Tapi karena selalu melihat kegiatannya bersama anak-anaknya aku jadi pengen banget nulis tentang ibu ini, sebut saja ibu P. Suaminya, sebut saja pak A adalah teman sekantor suamiku ketika masih bekerja di pabrik produsen barang elektronik. Beliau telah menikah dan mempunyai tiga orang anak. Tapi sang istri durjana (kesannya wayang neh! Hihihih…) malah kabur dengan mantan kekasihnya karena tidak tahan dengan kehidupan yang sederhana. Sang Istri menggugat cerai, pak A sempet bingung untuk mencari uang untuk biaya pengadilan, karena gajinya pas-pasan untuk biaya hidup anak-anaknya. Suamiku akhirnya memberikan pinjaman kepada pak A karena merasa iba dengan kesulitan yang sedang dihadapinya. Setahun lamanya pak A menduda, sementara anak-anaknya dititipkan ke neneknya yang tak lain adalah ibu dari si istri durjana tadi. Karena pak A adalah menantu yang disayang oleh mertua, sang mertua malah mencarikan seorang calon istri untuk mendampingi dan bersedia mengurus anak-anakya. Dan ketemulah sang calon istri ini, yaitu ibu P yang seorang janda beranak satu.

Sebenarnya yang dilakukan ibu P bersama keluarganya adalah hal yang sederhana, seperti yang selalu dilakukan ibu-ibu lain bersama keluarganya. Tapi cerita mengenai statusnya (yang kebetulan hanya orang-orang terdekat yang tahu) menjadikan kegiatan sehari-hari itu menjadi luarbiasa untukku. Ibu P masih muda (mungkin umurnya dibawaku) tapi sangat telaten mengurus tiga anak tirinya (dua laki-laki dan satu perempuan),

Sumber :

http://dyochan.multiply.com
Ira, seorang bocah perempuan di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, ditemukan warga Desa Basseang, Kecamatan Andreapi, Polman, tidur di kolom rumah warga dalam keadaan menggigil kedinginan dan kelaparan, Jumat (12/3). Ira ditemukan dalam kondisi lemas, serta di sekujur tubuhnya penuh luka memar akibat penyiksaan. Setelah diberi makan oleh pemilik rumah, warga segera melaporkan kejadian tersebut ke pemerintah daerah setempat.

Di hadapan warga, bocah kelas dua sekolah dasar ini menuturkan, dirinya nekad melarikan diri dari rumah sejak lima hari lalu, karena kerap disiksa Nurbaya, ibu tirinya. Ira menjelaskan, sejak Hasnah, ibunya meninggal dunia, ia tinggal dengan ibu tirinya. Saat ayahnya tidak di rumah, dia selalu dipaksa bekerja di luar batas kemampuannya, serta jarang diberi makan. Tak hanya itu, ia juga dilarang sekolah, dan bermain dengan teman-temannya.

Ira mengaku trauma kembali ke rumah orang tuanya. Kendati ayahnya ada di rumah. Sebab, ayahnya pun juga menyiksanya, lantaran lebih mendengar pengaduan yang menyudutkan dari ibu tirinya. Warga yang berupaya menyelesaikan kasus ini, tak menemukan Nurbaya di rumahnya. Sementara Yusuf, ayah Ira, sudah sebulan lebih pergi dari rumahnya, dan menjadi buruh tani di Kabupaten Pinrang.

Guntur Samad, Kepala Desa Basseang, yang menampung sementara Ira di rumahnya, mengaku belum melaporkan kasus ini ke polisi, karena menunggu kedatangan keluarga dan orang tua korban. Aparat desa setempat akan memanggil orang tua sang bocah, dan sejumlah tokoh masyarakat, termasuk Nurbaya, guna menyelesaikan kasus kekerasan ini secara kekeluargaan.

Sumber :

http://berita.liputan6.com
Isi Waktu Luang & Kumpulkan Rupiah dengan Menganyam Tikar
Seorang perempuan usia setengah abad duduk di halaman rumahnya sembari menganyam daun pandan menjadi tikar. Hal seperti ini boleh dikatakan pemandangan unik yang sulit ditemui di tengah era globalisasi yang banyak melahirkan hasil serupa (tikar,red) dengan bahan yang berbeda.

RIDWAN-MADINA

Namun, pemandangan yang tergolong unik ini masih gampang ditemui di Desa Manyabar, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina). Hampir setengah kaum ibu-ibu di sana menganyam tikar dengan bahan baku daun pandan.

Eliarni (50) misalnya. Perempuan ini mengaku, pekerjaan menganyam tikar sudah dilakukannya sejak puluhan tahun silam. Dan akitivitas menganyam dilakukan pada waktu luang atau kalau pekerjaan pokok mereka (bertani) lagi kosong. Bahkan, tak jarang pula menganyam juga dilakukan pada malam hari.

“Sejak puluhan tahun silam saya bersama ibu rumah tangga yang lain melakoni pekerjaan ini. Di samping bisa menambah penghasilan keluarga, menganyam ini juga sudah menjadi hobi kami untuk mengisi waktu luang apalagi pekerjaan tani lagi kosong semisal selesai menanam padi atau yang lain,” terangnya kepada METRO, Selasa (8/12).

Eliarni menambahkan, hasil anyamannya bisa mencapai 3 tikar dalam 1 minggu dan kalau lagi banyak pekerjaan hanya 1-2 tikar saja. Hasil anyaman akan dijual kepada pengumpul, selanjutnya pengumpul biasanya datang setiap hari Rabu.

Sedangkan untuk nominal harga yang dikenakan, terang Eliarni, harga 1 tikar biasa yang dipakai untuk tidur dijual seharga Rp25-30 ribu dengan ukuran 1,5 meter, sedangkan harga tikar anyaman pandan yang dipakai untuk pesta atau disebut amak (tikar) lampisan yang dibuat dari tikar anyaman biasa tetapi memiliki hiasan atau amak terawang harganya bisa mencapai Rp500-700 ribu, bahkan bisa Rp1 juta.

“Sekarang saja saya sedang mengerjakan amak lampisan pesanan warga yang ingin melaksanakan pesta pernikahan. Untuk pernikahan adat orang Mandailing, amak lampisan itu harus ada,” sebutnya.

Adapun beda tikar anyaman biasa, lanjutnya, dengan amak lampisan dilihat dari mode dan gaya anyamannya. Tikar biasa hanya dengan cara anyaman biasa dan tidak memiliki keistimewaan sedangkan amak lampisan adalah tikar yang dianyam dengan bentuk yang disebut dengan terawang, yang bisa dlihat di tengah-tengah tikar dan juga pinggir di sekeliling tikar.

Anyaman tikar produk warga ini, bahannya diambil dari rumpun pandan yang ada di desa itu juga dengan cara pandan itu dieluskan dekat dengan api kemudian dibelah-belah seukuran 1 cm dengan menggunakan alat yang disebut warga jangka, selanjutnya pandan yang telah terbelah kecil itu direndam 1 malam di sungai atau direndam di dalam ember. “Kalau ingin tikar warna kita hanya menambahkan pewarna pada saat direndam,” tambahnya.

Harga amak lampisan bisa mencapai Rp1 juta, bila amak lampisan ditambahi dengan semacam kertas penghias yang dijahit ke dalam terawang yang yang dibuat penganyam.
“Itu bukan kami lagi yang mengerjakan, bukan kami tidak bisa tetapi itu sudah pekerjaan para pengumpul,”

Sumber :

http://apakabarsidimpuan.com
ika mendengar kata "Ibu Tiri" apa yang terlindas dalam pikiran kita? Jika bagi sebagian orang ada yang berpendapat atau berpandangan bahwa dia adalah sosok yang jahat, hanya mencintai harta ayah kita, selalu manis dibibir dan buruk diperlakuan, selalu saja bersikap manis dan menunjukkan rasa sayangnya kepada anak-anak tirinya jika ayahnya ada tapi jika ayah tak ada maka 'tanduk'nya akan keluar. Hmm…

Atau ada sebagian besar masyarakat terpengaruh oleh film-film dan musik-musik yang menceritakan atau menggambarkan kejamnya sosok seorang ibu yang di khayal kan hamper seperti seorang penjahat bengis yang sewaktu-waktu bisa saja membunuh kita sebagai anak-anak tirinya. Wuu… serem ya…?

Nah yang jadi pertanyaan apakah selalu seperti itu? Benarkan seorang wanita yang berjulukan ibu tiri ini tidak mempunyai hati nurani sama sekali? Benarkah seorang wanita yang sebenarnya begitu mulia bisa menjadi seorang penjahat hina? Benarkah? Mungkin bisa jadi iya dan bisa jadi tidak sama sekali.

Disini saya ingin sedikit berbagi pengalaman dan pandangan terhadap seorang ibu tiri yang seyogyanya adalah ibu tiri yudi sendiri. Iya disini saya ingin menceritakan sosok seorang ibu tiri yang mungkin sedikit berbeda dari gambaran-gambaran yang ada diawal tadi.

Semenjak ummi dipanggil oleh Illahi Rabbi. Keluarga yang tadinya teduh, tenang, damai dan sejuk. Tiba-tiba menjadi neraka bagi semua penghuni-penghuninya. Semuanya tidak terkontrol dan terkendali, apalagi abi yudi yang sangat terpukul ketika kehilangan belahan jiwanya, kehilangan teman berbaginya dan kehilangan penghibur serta peneduh pandangannya dikala ia sedang dirundung gelisah dan gundah.

Selama satu setengah tahun keluarga yudi menjadi keluarga yang jauh dari kata harmonis dan tentram.hadirlah seorang wanita yang bernama Rusda. Tadinya kehadiran sosok wanita ini disisi abi saya,masih belum merasa manfaatnya. Dan masih terlalu jauh dari baik serta sosok seroang ibu, dia masih sering terdenagr marah-marah kepada adik saya yang terkecil dan seringnya dia mengomel-ngomel kepada abi karena beliau begitu capek dan repot mengurusi kita satu keluarga. Hal ini ternyata sering waktu berjalan terus berubah dan menjadi suatu hal yang sangat patut saya banggakan dan dapat saya ceritakan kepada seluruh teman-teman saya dimanapun. Perubahan ini saya rasakan ketika saya balik ke Banda Aceh beberapa hari yang lalu.

Adik-adik bercerita bagaimana ibu kini begitu bijaksana dalam memecahkan masalah-masalah dalam keluarga, terus abi yang dulunya malas solat sekarang sudah ingin solat lagi tanpa tinggal lagi. Dan adik saya yang paling kecil kini sedang menghapal Juz Amma yang setiap harinya dibantu oleh ibuku. Ibu juga bisa membantu abi untuk tetap tegar menghadapi semua tekanan dikantor dan mendukung abi untuk menjalankan amanah untuk menjadi pengurus musholla dikantornya. Keluarga besarpun mendapat efek dari kebaikan ibu tiriku ini. Seluruh keluarga besar kini sering berkumpul dirumah dan bercerita berbagi bersama-sama dan selalu memecahkan masalah-masalah bersama-sama. Tidak ada lagi yang berebut harta warisan, tidak ada lagi yang saling bermusuh-musuhan. Sekarang yang tertinggal adalah sebuah keluarga yang sangay harmonis dan tenang. Insya Allah kedepan pun saya berharap ini akan terus berjalan dan semakin baik dikemudian harinya. Seorang wanita yang dulunya sangat ditakuti kini sangat dicintai dan disayangi, dimana beliau bersedia berkorbankan waktunya untuk memenuhi keuangan keluarga, memberikan kebebesan berpikir bagi anak-anaknya dan harus sesuai dengan islami. Dimana tidak ada lagi kesenjangan antara saudara tiri dan saudara kandung. Sungguh senyum yang dulu kuncup kini telah berkembang lagi. Tiada lagi awan hitam dan guntur yang selalu menyambar didalam rumahku, yang ada kini hanya angin di musim bunga yang berhembus sepoi-sepoi menyejukkan hati penghuninya.

Sumber :

http://yudimuslim.multiply.com
Kisah mengenai anak tiri seringkali memang cukup menyedihkan. Dengan kejamnya sang ibu sering menyiksa anak tirinya tersebut. Bahkan kasih sayang yang diberikan pun sangat jauh berbeda dibanding dengan kasih sayang kepada anak kandungnya.

Demikian juga dalam cerita kali ini. Film ini berkisah tentang cinta putih seorang anak pada ibu tiri yang di matanya adalah ibu yang harus di hormati, dicintai juga harus dipatuhi.

Selain itu kisah ini juga menceritakan tentang seorang menantu yang penuh strategi, akal dan siasat dalam menghadapi ulah mertua tiri yang jahat.

Tetapi pada kejadiannya ini diceritakan bahwa ibu tiri yang bermaksud lebih mementingkan anak kandungnya, memanjakan anak kandungnya, tetapi justru menjadi kecewa karena ternyata si anak kandungnya itu lebih mencintai harta daripada mencintai ibu kandungnya.

Kemudian karena kekecewaan sang ibu tiri kepada anak kandungnya sendiri itu, maka membuat ibu tiri tersebut sadar bahwa cinta sejati hanya bisa diperoleh dari anak tirinya yang selama ini telah ia kesampingkan.

Sumber :

http://www.indosiar.com
Kejamnya Ibu tiri tak sekejam Ibu kota. Mungkin ada benarnya tak semua Ibu tiri jahat, selama masih ada hati so kita masih bisa berkompromi dengan makhluk yang namanya Ibu. Persfektif di luar memandang Ibu tiri Ih….galak…….serem, hanya sayang sama ayah saja. bla bla bla. Adakah wanita yang bercita-cita menjadi Ibu tiri? mungkin tak sampai terpikirkan. Namun kita tak bisa menolak suratan takdir apabila kita berjodoh dengan duda beranak. Sehingga jika menikah dan langsung dapat gelar Ibu tiri. Apapun itu, bisa jadi pahala atau dosa, kitalah yang menyingkapi jalan kebajikan atau kelalaian. Menabung pahala tentunya dengan memelihara anak titipan Tuhan ke tangan kita. Energi positifnya diharapkan double ibadah, menikah dan mengurus anak.

Cerita ini mengkisahkan kebahagiaan menjadi Ibu tiri. Ku lihat di sinar matanya yang berbinar ketika bercerita tentang anak barunya. Ia belajar menjadi Ibu dan memahami anak yang bukan dari rahimnya. Mengenali kebiasaan dan mengajarkan aturan-aturan yang mesti di taati. Sebutlah Lala, dia seorang muslimah yang bekerja di kota besar. Statusnya awalnya adalah gadis yang menikah dengan duda beranak satu.

Disini saya melihat sisi lain di balik kepingan koin rumah tangga. Harus rela berbagi perhatian dan kasih sayang, siapkah anda menjadi Ibu tiri? perlu kebesaran hati untuk menerima keduanya. Meyakinkan diri dan keluarga sebelum mengambilan keputusan tersebut. Adaptasi di rumah dan keluarga baru. Keikhlasan…ya…keikhlasan yang harus berbicara untuk mendamaikan hati.

Yang dilakukan Lala yaitu menempatkan diri seperti Ibu kandung, perlu proses untuk bisa dicintai dan mencintai. Larangan pada anak tiri bisa jadi bumerang apalagi jika sang papa tak mendukung, tapi semua kembali ke komunikasi dan komitmen kedua belah pihak. Perbedaan pendapat tidak disingkapi dengan bijak akan menimbulkan konflik. Bisa jadi cara memanjakan anak antara ibu dan ayah berbeda. Jangankan Ibu tiri, orang tua kandung saja bisa beda persepsi memandang dan memberikan kasih sayang kepada anaknya. Walaupun hal kecil bisa jadi besar jika tak sepaham. Jejak kebajikan Lala perlu diacungi jempol. Semoga waktu mengajarkan celah yang terbaik.

Setiap orang itu unik, tak perlu membandingkan yang satu dengan yang lain. Belajarlah untuk mengerti dan menyesuaikan diri dengan pribadi yang berbeda karakter. Setiap tetes karunia ada pertanggungjawaban, ada amanah yang di emban, ada nikmat yang harus di syukuri. Ia ingin membangun sebuah kebun yang luas di dunia ini sebagai ladang yang hasilnya akan dipetik akhirat nanti. Tak salah deh abang A.Y menerima Lala sebagai istrinya.

Sumber :

http://alamdewi.wordpress.com
Jika kita membahas tentang hati seorang ibu tiri, mungkin anda berpikiran bahwa kebanyakan ibu tiri memiliki sifat yang jahat kepada anak yang bukan anak kandunnya. Meskipun begitu masih ada orang yang menganggap bahwa ibu tiri sama saja dengan ibu kandung, tetapi ada juga yang berpendapat lain. Oleh karena itu salah satu orang memberi beberapa contohnya, yaitu sebagai berikut :

Anak-anakku senang bermain peran. Suatu hari kami bermain peran putri Cinderella. Aku mengambil peran sebagai ibu tiri dan kuminta kedua anakku untuk memerankan saudara tiri Cinderella. Anak pertamaku menolak sementara anak keduaku tertawa senang dengan peran yang kuusulkan. Ketika kuperankan ibu tiri yang galak kedua anakku melihatku sambil tertawa terpingkal-pingkal…. (mungkin menurutnya aku cocok memerankan ibu tiri yang galak….). Setelah selesai memerankan ibu tiri yang galak….aku mulai bertanya dalam hati, kenapa ya ibu tiri selalu digambarkan sebagai ibu yang galak terhadap anak tirinya…. Sementara ibu kandung selalu digambarkan sebagai ibu yang penuh kasih kepada anak-anaknya….? Aku mencoba membayangkan, mencoba menelusurinya dan mencoba memahaminya.



Menurutku ibu tiri adalah sosok ibu yang merawat anak yang tidak dikandungnya. Ia membesarkan anak tirinya karena disebabkan oleh beberapa hal, seperti karena perkawinannya yang belum juga mempunyai keturunan sehingga mencoba untuk mengambil anak untuk diasuh menjadi anaknya, bisa juga karena seorang wanita yang menikah dengan lelaki yang telah memiliki anak dari perkawinan sebelumnya atau mungkin juga disebabkan berbagai alasan lainnya. Ketika seorang wanita mejadi ibu, tentu berbagai tugas dan tanggung jawab wajib ia jalankan. Ketika fajar mulai menyingsing dan si anak mulai bangun, dengan mata yang masih mengantuk, ibu tiri harus membuatkan susu, memandikannya, menyiapkan sarapan, menyuapinya, mengajaknya menghirup udara pagi dan macam-macam lagi yang harus ia kerjakan hingga malam hari bahkan hingga tengah malam sekalipun, tidurnya terganggu sekedar memastikan bahwa si anak nyaman dalam mimpinya. Berbagai hal harus ia kerjakan sehingga waktu, pikiran dan tenaganya tersita untuk hal-hal baru yang tiba-tiba saja harus ia lakukan. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini dan ketidak siapan mental, tentu akan berdampak ke psikologis ibu tiri. Luapan emosi terkadang muncul, bukan hanya mulut yang bicara tak jarang tanganpun bermain di badan anak tirinya. Hal ini menyebabkan si anak tiri merasa tak nyaman dan membuatnya melakukan sesuatu untuk menarik perhatian ibu tirinya. Tingkah untuk menarik perhatian ibu tiri mungkin tidak berhasil, sebaliknya bahkan bisa saja menambah emosi ibu tirinya…. Ya itulah yang mungkin terjadi sehingga kita mengenal ibu tiri yang galak dan jahat. Tapi coba bayangkan kalau si ibu tiri ini dapat melakukan semuanya dengan tulus, dengan keiklasannya tentu yang terjadi justru sebaliknya, ia akan menjadi ibu tiri yang penuh kasih kepada anak tirinya. Kurasa masih banyak wanita yang mempunyai ketulusan seperti ini dan aku sangat menghargai ketulusannya itu.



Berbeda dengan ibu tiri, ibu kandung adalah ibu yang mengandung anaknya, ia selalu membawa anaknya mulai dari benih hingga janin yang siap untuk dilahirkan dari perutnya. Sejak awal, ia menyadari ada kehidupan baru yang dititipkanNya untuk dirawat. Allah itu memang baik, Dia merencanakan sesuatu yang indah pada waktunya, Dia persiapkan si ibu selama 9 bulan sehingga si ibu siap menerima titipanNya dan merasakan kebahagian yang luar biasa sehingga dapat mengasihi titipanNya itu. Menurutku Allah itu tidak hanya baik tetapi juga penuh pengertian, ketika Dia menitipkan kehidupan baru, Dia pun mencukupinya dengan kelimpahan rejeki sehingga rejeki itu dapat digunakan untuk merawat dan membesarkan titipanNya itu. Apakah semua ibu kandung merasakan hal ini? Akupun tak yakin…. Kurasa masih ada ibu kandung yang dengan berbagai alasan menolak kehadiran titipanNya itu dan bahkan menelantarkannya….



Lalu mana yang terbaik bagi anak, hidup bersama ibu tiri atau ibu kandung ya? Sepertinya semua tergantung ketulusan hati ibu dalam menjalani perannya dalam kehidupan di dunia ini….

Sumber :

http://nustaffsite.gunadarma.ac.id
ssa kuajipan anak baik pa orang tua. ddu anak yatim, tti anak tiri = angkat, eem anak istri bisa jadi musuh, lli bayi dl kandungan suda ditentukan nasibnya. een batas bayi menyusu. ttu tugas ibu bapak saat talaq, dde sikap anak terhadap ibu bapak. sse jika orang tua melakukan kesalahan apa yg kita lakukan, sako sakitnya melahirkan, sasa harta dan anak ibada. ....... ...... ...... ...... ssa KUAJIBAN ANAK BRBUAT BAIK PD ORANG TUA. 29ALANKBUT, 8. Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 31LUQMAN. 14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamuuntuk memper sekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 46ALAHQAF, 15. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah(pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri.16.Mereka Itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama
penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. 17. Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". lalu Dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka". 18. Mereka Itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. Enzig 5 Kranji, ..... ...... ...... ...... ...... ..... ........ ddu ANAK YATIM 2AL-BQARAH, 220.Tentang dunia dan akhirat. dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang Mengadakan perbaikan. dan Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
4.AN-NISA;. 2. Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu Makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar.3. Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil[265], Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.4. Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. 5. Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya[268], harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. 6. Dan ujilah[269] anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta),
Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu Makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia Makan harta itu menurut yang patut. kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu). 7. Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. 8. Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat[270], anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu [271] (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang baik. 9. Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. ,,,, , [265] Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah. [266] Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh Para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja. [267] Pemberian itu ialah maskawin yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua pihak, karena pemberian itu harus dilakukan dengan ikhlas. [268] Orang yang belum sempurna akalnya ialah anak yatim yang belum balig atau orang dewasa yang tidak dapat mengatur harta bendanya. [269] Yakni: Mengadakan penyelidikan terhadap mereka tentang keagamaan, usaha-usaha mereka, kelakuan dan lain-lain sampai diketahui bahwa anak itu dapat dipercayai.[270] Kerabat di sini Maksudnya : Kerabat yang tidak mempunyai hak warisan dari harta benda pusaka.[271] Pemberian sekedarnya itu tidak boleh lebih dari sepertiga harta warisan. 17.AL ISRAA' 34. Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. Enzig 5. Kranji. ..... ..... ... .....
tti ANAK TIRI / ANGKAT. 33ALAHZAB, 4.Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar[ itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar). 5. Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Enzig 5 Kranji, .... ..... .... ..... .... eem ISTRI. ANAK BISAJADI MUSU KITA. 64ATGABUN, 14.Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka berhati-hatilah kamu
terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 15. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. Enzig 5 Kranji. ..... ..... ...... . lli BAYI DLM KNDUNGAN UDA DIKETAHUI ALLAH. 53.AN-NAJM. 32.(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. 3.ALI-IMRAN. 6.Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 31.LUQMAN, 34. Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. 22AL HAJJ, 5. Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. 80ABASA,18.Dari Apakah Allah menciptakannya? 19. Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya. Enzig 5. Kranji. .....
...... ..... ....... een BATAS IBU MNYUSUI BAYINYA 2AL-BQARAH,233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. Enzig 5 Kranji, 31LUQMAN 14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Enzig 5 Kranji. ..... ..... ..... ..... .. ttu
TGAS IBU BAPAK /saat talaq. 233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerja, Enzig 5. Kranji. ...... ....... ....... ......... dde SIKAP TER HADAP IBU BAPAK.17.AL ISRAA' 23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850].
24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil, Enzig 5 Kranji. ...... ..... .... JANGN IKUTI ORANG TUA JIKA SALA. 31.LUKMAN. 21.Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". mereka menjawab: "(Tidak), tapi Kami (hanya) mengikuti apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya". dan Apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?.15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 2.AL-BAQARAH. 170.Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah
mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" 29.AL-ANKABUT. 28. Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Enzig 5. Kranji, ..... ..... ...... ..... sako RASA SAKIT MNJELANG MELAHIRKAN 19MARYAM 23. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Aduhai, Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan, Enzig 5 Kranji, .... ..... ....... sasa BUKAN HARTA/ANAK YG BISA SAMPAI PD ALLAH. 34SABA, 37. Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka Itulah yang memperoleh Balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang Tinggi (dalam syurga).

Sumber :

http://enzig5.wen.ru/quranku/3/index.html
Kekejaman ibu tiri memang tidak menjadi hal yang aneh bagi kita. Karena sudah dari dulu ibu tiri terkadang dapat bersifat kejam apabila tidak kepada anak kandunya sendiri. Perhatikanlah cerita singkat berikut ini :
Ateng (Ateng) telah merasakan betapa susahnya hidup bersama ibu tirinya. Banyak diperintah, sering kena marah bahkan ditampar. Ayahnya sendiri dirasakan tidak pernah membela Ateng. Penampilan kawan lamanya, Iskak (Iskak) yang baru datang dari Jakarta, membuat orang-orang kampung mengaguminya. Padahal Iskak belum begitu lama merantau ke Jakarta. Hal tersebut membuat Ateng kepengin sekali ikut merantau ke ibukota. Maka berangkatlah Ateng bersama-sama dengan Iskak. Di Jakarta, ketika mereka meleng, tas mereka hilang diambil orang. Atengpun sadar bahwa ternyata Iskak sendiri hanya omong besar dan susah mendapatkan pekerjaan. Begitu pula Ateng yang belum berpengalaman dan tidak memiliki ketrampilan. Ateng merasa sengsara di ibukota, selain babak belur, juga kelaparan dan ditipu orang. Ateng merasakan betapa lebih kejam ibukota dibanding ibu tirinya.
Dapat diambil kesimpulan bahwa, janganlah pernah kita membenci ibu kita sendiri walaupun ibu tersebut bukanlah ibu kandung kita sendiri.

Sumber :

http://id.wikipedia.org
Keikhlasan hati ibu amatlah besar. Apalagi jika kita membayangkannya, tentunya kita tidak dapat membayangkannya dengan kata-kata. Coba kita renungkan bagaimana perjuangan ibu kita yang telah menagndung kita selama sembilan bulan, melahirkan kita yang bisa mengorbankan nyaqwanya,dan membesarkan kita. Coba simaklah cerita berikut :

Adit adalah seorang anak yang sangat polos, wajar saja umurnya masih delapan tahun. Suatu hari ibunya meminta tolong kepadanya. Ibunya meminta tolong untuk membeli garam di warung. walaupun adit mau menolong ibunya, ia terlihat menggerutu tanda ketidak ikhlasannya. "kenapa sih ibu terus saja meminta tolong kepadaku, akukan lagi sibuk bermain" dalam hatinya.
ketika selesai membeli garam kepada ibunya iya dengan cepatnya mengambil sebuah pensil dan selembar kertas. kemudian ia berikan cacatan itu kepada ibunya, isinya

membantu ibu membersihkan tempat tidur Rp 5.000
membantu ibu didapur Rp 10.000
membantu ibu membeli garam di warung Rp 5.000
jadi semuanya Rp 20.000. ibu harus memberi saya imbalan atas jasa saya.

kemudian ibunya tersenyum, dan menuliskan sesuatu di kertas. Adit penasaran melihat apa yang dituliskan ibunya itu. Ibunya pun memperlihatkan cacatannya

mengandung adit selama 9 bulan, Gratis
Menggendong Adit kalo sedang menangis, Gratis
Membelikan susu untuk Adit, Gratis
mengganti popok Adit, Gratis
Jadi semuanya GRATIS

Adit pun menangis terharu dan meminta catatannya kembali dan menuliskan "LUNAS".

Walaupun cerita ini sangatlah lucu,tetapi kita juga herus dapat mengambil hikmahnya. Yaitu kita harus menghargari keikhlasan hati ibu kita sendiri dalam segala hal.

Sumber :

http://tandjungringgit.blogspot.com
Anak manusia lahir karena ibu. Ia bisa melihat dunia dan mampu menghirup udara dunia karena ibu. Perjuangan ibu supaya anak bisa lahir dengan selamat sangat begitu besar. Belum lagi, semasa mengandung (hamil) selama sembilan bulan, seorang ibu harus berjuang mati-matian agar bayi yang berada dalam kandungannya sehat

Seorang ibu pun harus menjaga kesehatan tubuhnya secara prima. Selain itu, seorang ibu jangan banyak bekerja yang kemudian bisa mengurangi kesehatan bayi. Seorang ibu pun jangan sampai berbuat sesuatu di luar norma tertentu yang bisa mencelakakan jabang bayi yang sedang dikandungnya. Ibu sangat dianjurkan untuk puasa terhadap segala hal yang dapat membawa malapetaka bagi anaknya.

Sangat hebat, bukan? Ini merupakan sebuah upaya yang tiada henti dan sangat luar biasa hebatnya. Bahkan, ketika seorang anak sudah mulai bisa berjalan, menemui masa kanak-kanaknya, ibu pun tiada henti memberikan kasih sayangnya yang tiada tara.

Ibu selalu memberikan cinta kasih yang sangat tak ternilai harganya. Saat anak sakit, seorang ibu yang merasakan sakitnya terlebih dahulu sebelum bapak ataupun saudara-saudaranya. Seolah-olah batin anak sudah menyatu dengan batin seorang ibu. Perasaan anak sama dengan perasaan ibu, dan begitu sebaliknya.

Jika demikian, cinta kasih seorang ibu kepada anak ibarat seorang sufi yang sangat mencin-
tai Allah SWT. Tidak ada yang bisa digantikan olehnya. Ini adalah sebuah keniscayaan. Saat anak mulai beranjak remaja dan dewasa- pun, perhatian seorang ibu makin besar. Ia sebagai buah hati sang ibu harus tetap dijaga dan diopeni (dirawat) sedemikian serius. Jangan sampai dia berbuat yang tidak baik dan mencelakakan dirinya.

Seorang ibu sangat mencurahkan emosinya untuk si anak. Jika bapak marah pada anak, maka ibu yang membela anaknya supaya jangan dimarahi atau dibentak. Itulah seorang ibu, yang sangat agung dan mulia hatinya Hati beliau sangat suci.

Ibu selalu menjadi benteng terakhir. Bahasanya yang sangat lemah lembut, penyabar, dan selalu mendoakan anaknya supaya menjadi anak baik menjadi ciri khas ibu sejati la tidak pernah menunjukkan rasa marah kepada anak. Selalu tersenyum, memberikan yang terbaik bagi anaknya dan begitu seterusnya. Ibu menjadi tempat curahan bagi anak. Ketika anak mendapat masalah, maka yang didatangi lebih dulu adalah ibu. bukan bapak dan lain seterusnya. Seolah-olah anak tidak bisa hidup tanpa ibu. Ibu adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak.

Anak yang baik adalah ketika ia sangat mengabdi kepada ibu dan memberikan balas budi yang baik pula; menunjukkan kesopanan, kesantunan hidup dan lain seterusnya kepada ibu. Ia selalu mengikuti perintah dan larangan yang disampaikan ibu. Ia tidak menyela ketika ibu berbicara. Ia mendengarkan dan menjalankan secara konkret segala petuah dan saran yang disampaikan ibu.

Ketika ibu sedang membutuhkan pertolongan, tanpa diminta pun, anak sangat peka dan langsung membantu ibu. Yang jelas, menjadi anak tidak durhaka kepada ibu merupakan sebuah wujud dedikasi sangat luar biasa. Tidak menyakiti ibu pun harus dikerjakan sebab ini bagian dari dedikasi.

Nabi Muhammad SAW berpesan, cintai dan sayangilah ibumu sebagaimana mencintai dan menyayangi dirimu sendiri. Patuh-lah kepada ibumu sebab surga itu berada di telapak kaki ibumu.

Barangkali, apabila dihubungkan dalam konteks hari ini, seorang anak harus selalu membahagiakan ibu, memberikan hal terbaik yang dapat membuat ibu senang dan gembira. Jangan sampai mengecewakan ibu.

Mendoakan siang dan malam supaya ibu tetap panjang umur adalah sebuah tugas yang harus dilakukan oleh seorang anak. Lebih tepatnya, ukuran seorang anak apakah dianggap bertakwa kepada Allah SWT adalah ketika anak itu mampu menunjukkan kepeduliannya yang sangat tinggi kepada ibu.

Anak sangat menyayangi ibunya dan selalu berupaya semaksimal serta seoptimal mungkin menjadi pengawal ibu tanpa mengenal waktu. Anak tidak pernah mengeluh atau mengomel apabila diminta untuk menemani ibu.

Bahkan, merawat ibu pada masa tua sebagaimana ibu pernah merawat anak saat kecil hingga dewasa pun harus dilakukan. Selalu menempatkan ibu dalam posisi tertinggi dalam keluarga pun harus dijalankan. Sebab, ia adalah sinar yang bisa menerangi kegelapan bahtera kehidupan. Ibu ibarat barang keramat dan sakral yang membawa segala bentuk keistimewaan tertentu.

Siapa pun kemudian akan serempak berkata, menjadi ibu sedemikian akan mampu menentukan arah bangsa. Ketika semua ibu di negeri ini menjadi orangtua yang mengajarkan kebaikan, moralitas, etika, dan hal baik lainnya kepada anak-anaknya, bangsa ini akan selamat dari rusaknya moralitas bangsa.

Korupsi tidak akan terjadi di mana-mana. Pembunuhan atas dasar apa pun tidak akan ada. Perdamaian di negeri ini akan mampu terbangun dengan sedemikian rupa. Sebab, didikan hidup seorang ibu kepada anaknya adalah janganlah menebarkan konflik antarsesama dan janganlah menebarkan permusuhan satu sama lain.

Didikan hidup semua ibu adalah mengajak anak-anaknya supaya bersaudara, menjalin tali asih yang erat dan saling berbagi rasa baik duka maupun suka Semua ibu menganjurkan anak-anaknya agar menjadi bagian bangsa dan masyarakat yang membangun kesetiakawanan, pertemanan, persahabatan dan seterusnya Mereka bersatu padu demi menciptakan kehidupan yang konstruktif dan dinamis.

Pertanyaannya adalah apakah ibu-ibu di negeri ini memiliki sikap, pikiran, dan tindakan sedemikian? Secara tegas, sangat susah mencari jawaban yang benar dan pasti. Barangkali, kita hanya bisa mengatakan, masih banyak ibu yang memiliki hati sangat mulia dan mau mendidik anak-anaknya menjadi orang baik. Namun, banyak pula ibu yang tidak berhasil mendidik anak-anaknya karena faktor bekerja di wilayah publik atau wanita karier. Akibatnya, pendidikan anak diserahkan kepada pembantu. Anak pun ditelantarkan dengan sedemikian rupa

Pikiran ibu sedemikian hanya berpandangan, yang penting anak diberi uang jajan dan segala fasilitas lainnya Ini sangat ironis. Namun, kita tetap berharap, semoga pada Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember 2009 itu semua ibu makin menyadari tanggung jawabnya supaya menjadi orangtua yang betul-betul berhati keibuan.

Sumber :

http://bataviase.co.id
Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
"Apabila seorang anak Adam mati maka terputuslah seluruh amalnya kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang selalu mendoakannya." (Hadits shahih riwayat Muslim (1631)).

Oleh karena itu, anak shalih yang selalu mendoakan orang tua merupakan aset penting yang sangat berharga yang selalu dicita citakan oleh para orang tua.

Buku saku ini menjelaskan pentingnya anak shalih yang selalu mendoakan orang tuanya. Beragam hal dibahas dalam buku ini, diantaranya adalah:
- Birrul walidain
- Berbakti kepada kedua orang tua dan mendoakannya merupakan wasiat Allah sesudah wasiat tauhid
- Hingga apabila engkau telah berusia empat puluh tahun
- Doa doa untuk kedua orang tua dalam al Qur'an
- Etika dan waktu yang tepat untuk mendoakan kedua orang tua
- Amal amal shalih yang dilakukan anaknya yang shalih
- dll

Dalam ringkasan ini saya kutipkan sebagian saja dari isi buku itu. Dengan meringkasnya. Semoga bermanfaat buat kaum muslimin.

[JERIH PAYAH IBU YANG TIADA SIA SIA]

Anak adalah anugerah yang agung. Ia merupakan titipan Allah kepada kita, sekaligus menjadi amanah yang harus kita jaga. Demikian halnya tugas sebagai orang tua, mengasuh dan mendidik anak anak, mendampingi serta membimbing mereka. Semua itu harus dilakukan dengan mengharapkan pahala di sisi Allah. Karena anak adalah aset yang tiada ternilai harganya dan merupakan tabungan bagi kedua orang tuanya di akhirat kelak. Pada saat pahala seluruh amalan telah terputus, saat pahala shalat dan puasa tak lagi bisa kita raih. Dikala itu, doa anak yang shalih akan bermanfaat bagi kedua orang tuanya. Demikian pula ilmu yang bermanfaat yang telah diajarkan kedua orang tua kepada anak anak mereka akan terus mengalirkan pahala bagi keduanya.

Sungguh jerih payah yang kita lakukan itu tak akan sia sia. Kita pasti memetik hasilnya di kemudian hari kelak. Sungguh berbahagialah orang tua yang memiliki anak shalih. Maka dari itu, hendaklah ia senantiasa mendoakan anaknya supaya menjadi anak shalih. Allah berfirman (yang artinya):

"Dan orang orang yang berkata: 'Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang orang yang bertakwa'." (QS. al Furqan: 74).

Dan orang tua boleh meminta alim ulama atau orang shalih supaya mendoakan anaknya menjadi anak yang shalih, anak yang berbakti kepada orang tuanya. Seperti itulah yang dilakukan oleh para shahabat Nabi dahulu, mereka membawakan anak anak mereka untuk ditahnik dan didoakan oleh Nabi shallallahu'alaihi wa sallam.

Diriwayatkan dari Abu Musa al Asy'ari radhiyallahu'anhu, ia berkata: "Ketika aku dikaruniai seorang anak, aku membawanya kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam. Beliau menamakannya Ibrahim, lalu beliau mentahniknya dengan kurma serta mendoakan keberkahan untuknya kemudian beliau serahkan kembali kepadaku." Itulah anak sulung Abu Musa al Asy'ari. (HR. Bukhari dalam kitab al Aqiqah (7645)).

Sebagai orang tua kita harus siap berkorban apa saja asalkan anak kita tumbuh menjadi anak yang shalih. Anak yang shalih adalah anugerah sangat besar dari Allah Subhanahu wa Ta'ala yang tidak bisa dinilai dengan materi...!

[ABU HURAIRAH ANAK YANG SHALIH DAN
BERBAKTI KEPADA IBUNDANYA]

Mendoakan kedua orang tua bukan hanya ketika mereka sudah wafat, namun juga ketika mereka masih hidup. Dan mendoakan mereka bukan hanya melalui lisan kita, tapi bisa juga dengan cara meminta kepada orang yang shalih supaya mendoakan kebaikan, hidayah dan petunjuk bagi kedua orang tua kita. Usaha maksimal harus ditempuh oleh seorang anak yang berbakti untuk kebaikan dan keshalihan bapak ibunya. Dalam hal ini seorang shahabat Abu Hurairah radhiyallahu'anhu telah memberikan contoh teladan yang baik untuk kita.

Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya dari Yazid bin Abdurrahman, ia berkata: "Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bercerita kepadaku:
"Dahulu aku mengajak ibuku memeluk Islam, saat itu ia masih musyrik. Pada suatu hari aku pergi mendakwahinya, lalu aku mendengar perkataannya yang tidak mengenakkan tentang Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam. Aku pun menemui Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam sambil berlinang air mata. Kukatakan kepada beliau:

"Wahai Rasulullah, aku telah mengajak ibuku memeluk Islam, namun ia menolak ajakanku. Pada suatu hari aku pergi mendakwahinya, lalu aku mendengar perkataannya yang tidak mengenakkan tentang dirimu! Mohonkanlah kepada Allah semoga memberi hidayah bagi ibuku!"

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam berdoa:
"Ya Allah, berilah hidayah bagi ibu Abu Hurairah!"

Aku pun keluar dengan perasaan gembira karena doa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam tersebut. Sesampainya di ambang pintu kudapati pintu tertutup. Ibuku ternyata mendengar suara langkahku. Ia berkata:
"Tetaplah engkau di tempatmu hai Abu Hurairah!"

Aku mendengar suara percikan air dari dalam, ternyata ibuku sedang mandi lalu mengenakan baju kurung dan selendangnya, baru kemudian membukakan pintu, ia berkata:

"Hai Abu Hurairah, sesungguhnya aku bersaksi Laa ilaaha illallah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul Nya."

Lalu akupun kembali menemui Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam sambil berlinang air mata karena luapan kegembiraan. Aku berkata:
"Wahai Rasulullah, sambutlah kabar gembira, doamu telah dikabulkan Allah! Allah telah memberi hidayah bagi ibuku!" Beliau pun memanjatkan segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala sembari mengucapkan perkataan yang baik. Aku berkata:

"Wahai Rasulullah, mohonkanlah kepada Allah agar menjadikan segenap kaum mukminin mencintai aku dan ibuku serta menjadikan kami mencintai hamba hamba Nya yang beriman." Maka Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam berdoa:

"Ya Allah, jadikanlah hamba Mu ini (yakni Abu Hurairah) dan ibunya orang yang dicintai oleh kaum mukminin dan jadikanlah mereka mencintai orang orang yang beriman!"

Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata: "Maka setiap hamba mukmin yang mendengar perihal diriku pasti mencintai diriku meski belum melihatku!" (HR. Muslim (2491)).

Sungguh sebuah teladan yang agung dari seorang anak shalih, yang berbakti pada orang tuanya. Cobalah lihat bagaimana kegigihan Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dan usahanya yang pantang menyerah dalam mendakwahi ibunya agar mendapat petunjuk kepada Islam. Hingga ia menempuh jalan yang paling mulia yaitu doa. Dan bukan hanya doanya saja, bahkan ia meminta kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam agar mendoakan ibunya.

Cara seperti ini ada baiknya dicontoh oleh siapa saja yang menginginkan kedua orang tuanya mendapat petunjuk kepada Islam dan Sunnah.


Buku ini memberikan inspirasi kepada saya setidaknya dalam dua hal penting. Yang pertama adalah pentingnya memiliki anak yang shalih yang selalu mendoakan kedua orang tuanya. Kenyataan yang ada pada masyarakat, banyak para orang tua sangat antusias dan berjuang maksimal dalam upayanya menjadikan anak yang pintar. Tetapi mereka lupa atau sedikit sekali
perhatiannya untuk membimbing, mempola, dan mendisain anak anaknya agar menjadi anak yang shalih atau shalihah. Padahal anak yang shalih lebih bermanfaat dan dibutuhkan oleh orang tuanya kelak.

Yang kedua adalah pentingnya mendoakan kebaikan untuk kedua orang tua. Harus ada upaya maksimal dari anak untuk mendoakan kedua orang tuanya. Diantaranya dengan minta didoakan kepada orang shalih untuk kebaikan kedua orang tua.

Sumber :

http://insankamilmlg.blogspot.com
Apakah anda sudah mendoakan ibu anda sendiri?. Jika belum cobalah untuk mendoakannya. Karena apakah anda sadar bahwa ibu kita tersebut sudah berjasa besar kepada kita. Coba perhatikan penggalan cerita berikut yang berisi tentang :

Teguran Allah dan Saling Mendoakan


Selama melaksanakan ibadah haji, banyak teguran yang secara halus diberikan Allah kepada diri ini, tetapi jujur saja, sulit membedakan mana yang merupakan teguran dan mana yang merupakan kejadian alami saja.

Saya merasa melakukan ketakabburan saat berada di Mekkah. Sejak berangkat dari Nagoya, saya sudah mulai memakai mask pelindung wajah agar tak tertular penyakit. Mask yang biasa saya pakai adalah mask khusus yang tidak menimbulkan embun di kacamata. Suatu kali saya janjian bertemu dengan Ustadz dari Indonesia di pintu Al-Fath, dan dalam percakapan kami saya sempat menyebutkan bahwa mask yang saya pergunakan bisa mengantisipasi 99% bakteri dan virus yang beterbangan. Keesokan harinya, badan saya meriang dan hidung saya tersumbat.

Saya memahami ini sebagai bentuk teguran Allah, yang membuat saya menangis panjang dalam sholat, memohon Allah menghilangkan penyakit ini atau mengampuni dosa saya melalui kesabaran menghadapinya. Setiap kali meminum air zam-zam selalu saya bermohon agar disehatkan dan dikuatkan fisik ini. Alhamdulillah penyakit tersebut berangsur hilang.

Suatu kali teman mahrom saya mengatakan bahwa sebelum berangkat haji, teman di Nagoya menitipkan saya kepadanya, agar dia menjaga saya selama pelaksanaan ibadah haji. Dia terucap, “mengapa saya harus menjaga, Mba? Bukankah Mba lebih tua daripada saya. Semestinya Mba yang menjaga saya”. Saya hanya tertawa saja mendengarnya. Tetapi keesokan harinya saat kami berangkat ke Arafah, teman saya mendadak mengalami panas tinggi dan saya diberi kekuatan oleh Allah untuk merawatnya. Saya tidak tahu apakah teman saya menyadari ini sebagai teguran Allah, tetapi saya memahaminya sebagai teguran, maka tak putus saya mengucap istighfar dan membimbingnya untuk melafadzkan hal yang sama.

Selain berhati-hati dalam perkataan, tindakan dan pikiran, saya mendadak terbiasa untuk mendoakan orang lain. Entah dari mana ini mulai, tetapi saya selalu menangis melihat orang tua yang berjalan tertatih, atau sedang mengangkat air zam-zam yang berat. Kadang-kadang saya menangis karena membayangkan bapak dan mamak saat menunaikan ibadah haji tiga tahun lalu. Barangkali seperti begitulah beratnya beliau melalui hari-hari di tanah haram. Saya menyesal tak bisa menemani mereka saat itu.

Jika melihat orang tua yang kelelahan, saya kemudian terdorong untuk mendoakan agar dia beroleh kekuatan, dan Allah menurunkan kasih sayangnya. Jika mendengar anak menangis, maka mulut dan hati saya secara reflek mendoakan agar Allah memberinya ketenangan dan kenyamanan, ketika mendengar suara batuk jamaah, saya memohonkan agar Allah menyehatkannya, tatkala teman saya sakit, maka saya mendoakan kesembuhannya. Keinginan untuk mendoakan tersebut secara reflek muncul dalam diri, tentunya tak ada yang menggerakkannya kecuali Allah yang Maha Rahman dan Rahiim.

Suatu kali sehabis tawaf sunnah, saya beroleh tempat sholat di dekat tangga, di samping seorang nenek dari Indonesia. Duduk di dekat tangga adalah kesalahan karena menghalangi orang yang lalu lalang. Tapi saya berfikir tempat duduk saya masih bebas dari lalu lalang orang. Tiba-tiba datanglah seorang kakek, nenek dan seorang putrinya yang saya duga mereka dari Bangladesh atau Pakistan. Mereka duduk di samping saya dan tentu saja bolak balik terdorong orang yang lalu lalang. Saya panggil si nenek dan memberinya space kecil di belakang tempat duduk saya. Alhamdulillah dia aman, tetapi putrinya bolak balik tergencet orang yang lewat. Tiba-tiba seorang wanita datang dan memaksa duduk di depan saya yang sebenarnya terpakai untuk menaruh barang/sepatu ibu-ibu. Dia mendorong barang-barang tersebut ke belakang, tepat di depan saya, sambil berkata sesuatu yang saya tidak tahu artinya, tapi saya bisa memahaminya agar barang-barang tersebut disingkirkan. Nenek Indonesia yang duduk di sebelah saya merasa haknya diganggu, maka dia pukul kaki si wanita, sambil berusaha menaruh kembali barang-barangnya di tempat semula. Tapi si wanita bersikeras menaruhnya di depan kami. Saya ambil barang-barang itu, “biar saya yang pegang, Bu. Tidak apa-apa, insya Allah aman”. Maka sambil membaca Al-Quran, barang-barang tersebut saya taruh di pangkuan. Posisi duduk saya mulai terdesak ke depan, mepet dengan wanita tadi. Tiba-tiba saja dia menoleh dan menegur saat saya membenahi posisi sajadah. Saya terdiam dan tiba-tiba saja menangis pelan. Ya, Allah berikanlah kasih sayangMu kepadanya, lembutkan hatinya, lapangkan dada kami ya Allah. Luaskan masjid ini untuk tempat berdiri kami, sambil menangis saya mendoakannya. Tak lama kemudian dalam duduknya bahu wanita tadi terguncang-guncang, dia menangis dalam doanya. Saya pun menangis. Tatkala waktu sholat subuh tiba, dan semua jamaah berdiri, tiba-tiba saja wanita tadi tergeser dan terdesak oleh dua orang ibu besar yang sedari tadi duduk di depannya, karena tidak mempunyai shaf, maka mulailah dia berteriak-teriak memaki. Saya terpaku.Seorang ibu yang berdiri sejajar dengan saya mengingatkannya dalam bahasa Arab yang saya bisa tangkap sedikit, agar dia berhenti berteriak dan bertengkar, dan segera menyelip ke dalam barisan, karena sholat akan segera dimulai. Akhirnya saat imam mengumandangkan takbir, dia berhasil menyelip di antara 2 wanita yang menggesernya. Saya bertakbir dan menunaikan sholat dalam keadaan tak bisa berhenti menangis hingga salam. Ya, Allah ampuni kami !

Selain mendoakan, meminta agar orang lain untuk mendoakan kita, menurut saya adalah hal yang baik. Saya bimbang dengan masa haid saya yang tidak kunjung berakhir. Saya takut tak bisa melakukan tawaf wada. Maka, saya telpon ibu saya dan meminta doanya.”Sabar, Nak. Haid itu pasti ada akhirnya”, kata mamak di telpon.Ketika seorang teman saya demam di Mina, saya mengompresnya dan membisikinya agar mendoakan supaya haji saya mabrur, agar saya dapat menyempurnakan ibadah haji ini. Saya sarankan agar dia banyak berdoa, sebab doa orang yang sakit lebih makbul. Saya meminta hal yang sama kepada teman-teman lain yang sakit.

Untuk itu doakanlah ibu anda yang telah berjasa besar kepada anda.

Sumber :

http://murniramli.wordpress.com

Glitter Text