Pages

Glitter Text

Apa sih yang paling cepet “melintas” ketika kita mendengar kata “Ibu Tiri”? Yang jelas bukan bajaj atau delman hehehe…. Waktu aku Tanya ini kepada anak-anak disekitar rumahku, rata-rata menjawab:

“Ibu tiri itu tukang nyiksa!”

“Jahat sama anak kecil!”

“Suka nendang, mukul n jambak rambut!”

“Yang jahat sama Candy?”

Kayaknya nggak ada yang jawab,”Ibu tiri adalah istrinya ayah tapi bukan ibu kandungku”, hehehe….. Image ibu tiri udah terlanjur segitu ancurnya gara-gara peran sinetron yang menggambarkan ibu tiri yang kejam, tamak dan suka menyiksa anak-anak. Jarang sekali kita temui konotasi yang positif bersanding dengan kata “Ibu tiri”. Tidak sedikit ibu kandung yang juga punya “jiwa” seperti ibu tiri. Banyak sekali anak-anak yang jadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan pelaku ibu kandungnya sendiri, atau tidak terhitung lagi bayi yang dibuang sia-sia oleh ibu kandungnya sendiri. Padahal banyak sekali ibu-ibu yang sangat merindukan kehadiran seorang anak, kok tega-teganya sih? Kalau orang itu ada didepanku mungkin sudah aku maki-maki sampai bibir jontor… bibirku maksudnya yang jontor bukan bibir si ibu. Anti kekerasan fisik hehehe…

Kenapa dengan Ibu tiri? Nggak tau, terlintas saja dalam benakku ketika didaulat menulis. Image ibu tiri yang negative membuatku gemes. Banyak lho, ibu tiri berhati emas, yang sama penyayangnya terhadap semua anaknya, yang tiri atau yang kandung (maaf nulisnya blepotan hehehe…). Salah satunya adalah almarhum nenekku, yang biasa ku panggil dengan sebutan Oma. Ibuku selalu mengatakan kalau Oma adalah wanita berhati emas. Ketika ibuku berumur dua tahun, kakek meninggal dunia dan Oma menikah lagi dengan seorang duda beranak empat yang masih kecil-kecil. Karena cukup lama ditinggal mati oleh ibu kandung mereka, keempat anak itu tumbuh menjadi anak-anak terlantar. Udah jarang mandi, apalagi kenal soal tatakrama, boro-boro deh…. Tapi Oma dengan sabar mendidik mereka dengan tegas tapi penuh kasih sayang. Oma juga tidak pernah membedakan rasa sayangnya terhadap ibu maupun saudara-saudara tirinya. Hasilnya, sekarang mereka, om dan tante-tanteku sudah jadi orang yang sukses. Tapi rupanya ada anggota keluarga yang tidak suka dengan keharmonisan keluarga Oma, dan menyebarkan berita bahwa Oma bukan ibu kandung mereka. Hal ini terjadi ketika keempat saudara tiri ibu sudah beranjak dewasa. Saat itu ibu pun tidak tahu menahu perihal “status” keempat saudaranya. Mereka pun sempat bersitegang cukup lama, bahkan sampai mereka masing-masing telah menikah. Syukur Alhamdulillah masalah tersebut sudah teratasi. Itu pun berkat hati emas Oma yang sangat pemaaf. Beliau memaklumi kondisi hati anak-anaknya dan memaafkan mereka.

Masih ingat juga tentang betapa besarnya cinta seorang Letkol (CPM) MF Sugiyarti, terhadap anak tirinya, almarhum Partahi Mamora Halomuan Lumbantoruan dan betapa hancur hati sang ibu ketika mendengar anaknya yang tengah menempuh pendidikan S3 di Amerika itu meninggal dunia karena menjadi korban penembakan mahasiswa Korea yang stress. Aku sangat tersentuh mendengar pernyataan beliau didepan media televisi, ketika kabar kematian anaknya sampai ke telinganya. “Saya ikhlas anak saya dipanggil yang Maha Kuasa. Tapi sebagai manusia yang terdiri dari darah dan daging, saya tidak rela anak saya mati dengan cara seperti itu! Anak saya orang baik!”. Tanpa sadar aku jadi ikut menangis…

Figure ibu tiri lain yang membuatku kagum adalah tetanggaku sendiri. Tadinya aku agak ragu untuk menulis tentang dia walaupun identitasnya anonym, takutnya dia keberatan. Tapi karena selalu melihat kegiatannya bersama anak-anaknya aku jadi pengen banget nulis tentang ibu ini, sebut saja ibu P. Suaminya, sebut saja pak A adalah teman sekantor suamiku ketika masih bekerja di pabrik produsen barang elektronik. Beliau telah menikah dan mempunyai tiga orang anak. Tapi sang istri durjana (kesannya wayang neh! Hihihih…) malah kabur dengan mantan kekasihnya karena tidak tahan dengan kehidupan yang sederhana. Sang Istri menggugat cerai, pak A sempet bingung untuk mencari uang untuk biaya pengadilan, karena gajinya pas-pasan untuk biaya hidup anak-anaknya. Suamiku akhirnya memberikan pinjaman kepada pak A karena merasa iba dengan kesulitan yang sedang dihadapinya. Setahun lamanya pak A menduda, sementara anak-anaknya dititipkan ke neneknya yang tak lain adalah ibu dari si istri durjana tadi. Karena pak A adalah menantu yang disayang oleh mertua, sang mertua malah mencarikan seorang calon istri untuk mendampingi dan bersedia mengurus anak-anakya. Dan ketemulah sang calon istri ini, yaitu ibu P yang seorang janda beranak satu.

Sebenarnya yang dilakukan ibu P bersama keluarganya adalah hal yang sederhana, seperti yang selalu dilakukan ibu-ibu lain bersama keluarganya. Tapi cerita mengenai statusnya (yang kebetulan hanya orang-orang terdekat yang tahu) menjadikan kegiatan sehari-hari itu menjadi luarbiasa untukku. Ibu P masih muda (mungkin umurnya dibawaku) tapi sangat telaten mengurus tiga anak tirinya (dua laki-laki dan satu perempuan),

Sumber :

http://dyochan.multiply.com
Ira, seorang bocah perempuan di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, ditemukan warga Desa Basseang, Kecamatan Andreapi, Polman, tidur di kolom rumah warga dalam keadaan menggigil kedinginan dan kelaparan, Jumat (12/3). Ira ditemukan dalam kondisi lemas, serta di sekujur tubuhnya penuh luka memar akibat penyiksaan. Setelah diberi makan oleh pemilik rumah, warga segera melaporkan kejadian tersebut ke pemerintah daerah setempat.

Di hadapan warga, bocah kelas dua sekolah dasar ini menuturkan, dirinya nekad melarikan diri dari rumah sejak lima hari lalu, karena kerap disiksa Nurbaya, ibu tirinya. Ira menjelaskan, sejak Hasnah, ibunya meninggal dunia, ia tinggal dengan ibu tirinya. Saat ayahnya tidak di rumah, dia selalu dipaksa bekerja di luar batas kemampuannya, serta jarang diberi makan. Tak hanya itu, ia juga dilarang sekolah, dan bermain dengan teman-temannya.

Ira mengaku trauma kembali ke rumah orang tuanya. Kendati ayahnya ada di rumah. Sebab, ayahnya pun juga menyiksanya, lantaran lebih mendengar pengaduan yang menyudutkan dari ibu tirinya. Warga yang berupaya menyelesaikan kasus ini, tak menemukan Nurbaya di rumahnya. Sementara Yusuf, ayah Ira, sudah sebulan lebih pergi dari rumahnya, dan menjadi buruh tani di Kabupaten Pinrang.

Guntur Samad, Kepala Desa Basseang, yang menampung sementara Ira di rumahnya, mengaku belum melaporkan kasus ini ke polisi, karena menunggu kedatangan keluarga dan orang tua korban. Aparat desa setempat akan memanggil orang tua sang bocah, dan sejumlah tokoh masyarakat, termasuk Nurbaya, guna menyelesaikan kasus kekerasan ini secara kekeluargaan.

Sumber :

http://berita.liputan6.com
Isi Waktu Luang & Kumpulkan Rupiah dengan Menganyam Tikar
Seorang perempuan usia setengah abad duduk di halaman rumahnya sembari menganyam daun pandan menjadi tikar. Hal seperti ini boleh dikatakan pemandangan unik yang sulit ditemui di tengah era globalisasi yang banyak melahirkan hasil serupa (tikar,red) dengan bahan yang berbeda.

RIDWAN-MADINA

Namun, pemandangan yang tergolong unik ini masih gampang ditemui di Desa Manyabar, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina). Hampir setengah kaum ibu-ibu di sana menganyam tikar dengan bahan baku daun pandan.

Eliarni (50) misalnya. Perempuan ini mengaku, pekerjaan menganyam tikar sudah dilakukannya sejak puluhan tahun silam. Dan akitivitas menganyam dilakukan pada waktu luang atau kalau pekerjaan pokok mereka (bertani) lagi kosong. Bahkan, tak jarang pula menganyam juga dilakukan pada malam hari.

“Sejak puluhan tahun silam saya bersama ibu rumah tangga yang lain melakoni pekerjaan ini. Di samping bisa menambah penghasilan keluarga, menganyam ini juga sudah menjadi hobi kami untuk mengisi waktu luang apalagi pekerjaan tani lagi kosong semisal selesai menanam padi atau yang lain,” terangnya kepada METRO, Selasa (8/12).

Eliarni menambahkan, hasil anyamannya bisa mencapai 3 tikar dalam 1 minggu dan kalau lagi banyak pekerjaan hanya 1-2 tikar saja. Hasil anyaman akan dijual kepada pengumpul, selanjutnya pengumpul biasanya datang setiap hari Rabu.

Sedangkan untuk nominal harga yang dikenakan, terang Eliarni, harga 1 tikar biasa yang dipakai untuk tidur dijual seharga Rp25-30 ribu dengan ukuran 1,5 meter, sedangkan harga tikar anyaman pandan yang dipakai untuk pesta atau disebut amak (tikar) lampisan yang dibuat dari tikar anyaman biasa tetapi memiliki hiasan atau amak terawang harganya bisa mencapai Rp500-700 ribu, bahkan bisa Rp1 juta.

“Sekarang saja saya sedang mengerjakan amak lampisan pesanan warga yang ingin melaksanakan pesta pernikahan. Untuk pernikahan adat orang Mandailing, amak lampisan itu harus ada,” sebutnya.

Adapun beda tikar anyaman biasa, lanjutnya, dengan amak lampisan dilihat dari mode dan gaya anyamannya. Tikar biasa hanya dengan cara anyaman biasa dan tidak memiliki keistimewaan sedangkan amak lampisan adalah tikar yang dianyam dengan bentuk yang disebut dengan terawang, yang bisa dlihat di tengah-tengah tikar dan juga pinggir di sekeliling tikar.

Anyaman tikar produk warga ini, bahannya diambil dari rumpun pandan yang ada di desa itu juga dengan cara pandan itu dieluskan dekat dengan api kemudian dibelah-belah seukuran 1 cm dengan menggunakan alat yang disebut warga jangka, selanjutnya pandan yang telah terbelah kecil itu direndam 1 malam di sungai atau direndam di dalam ember. “Kalau ingin tikar warna kita hanya menambahkan pewarna pada saat direndam,” tambahnya.

Harga amak lampisan bisa mencapai Rp1 juta, bila amak lampisan ditambahi dengan semacam kertas penghias yang dijahit ke dalam terawang yang yang dibuat penganyam.
“Itu bukan kami lagi yang mengerjakan, bukan kami tidak bisa tetapi itu sudah pekerjaan para pengumpul,”

Sumber :

http://apakabarsidimpuan.com
ika mendengar kata "Ibu Tiri" apa yang terlindas dalam pikiran kita? Jika bagi sebagian orang ada yang berpendapat atau berpandangan bahwa dia adalah sosok yang jahat, hanya mencintai harta ayah kita, selalu manis dibibir dan buruk diperlakuan, selalu saja bersikap manis dan menunjukkan rasa sayangnya kepada anak-anak tirinya jika ayahnya ada tapi jika ayah tak ada maka 'tanduk'nya akan keluar. Hmm…

Atau ada sebagian besar masyarakat terpengaruh oleh film-film dan musik-musik yang menceritakan atau menggambarkan kejamnya sosok seorang ibu yang di khayal kan hamper seperti seorang penjahat bengis yang sewaktu-waktu bisa saja membunuh kita sebagai anak-anak tirinya. Wuu… serem ya…?

Nah yang jadi pertanyaan apakah selalu seperti itu? Benarkan seorang wanita yang berjulukan ibu tiri ini tidak mempunyai hati nurani sama sekali? Benarkah seorang wanita yang sebenarnya begitu mulia bisa menjadi seorang penjahat hina? Benarkah? Mungkin bisa jadi iya dan bisa jadi tidak sama sekali.

Disini saya ingin sedikit berbagi pengalaman dan pandangan terhadap seorang ibu tiri yang seyogyanya adalah ibu tiri yudi sendiri. Iya disini saya ingin menceritakan sosok seorang ibu tiri yang mungkin sedikit berbeda dari gambaran-gambaran yang ada diawal tadi.

Semenjak ummi dipanggil oleh Illahi Rabbi. Keluarga yang tadinya teduh, tenang, damai dan sejuk. Tiba-tiba menjadi neraka bagi semua penghuni-penghuninya. Semuanya tidak terkontrol dan terkendali, apalagi abi yudi yang sangat terpukul ketika kehilangan belahan jiwanya, kehilangan teman berbaginya dan kehilangan penghibur serta peneduh pandangannya dikala ia sedang dirundung gelisah dan gundah.

Selama satu setengah tahun keluarga yudi menjadi keluarga yang jauh dari kata harmonis dan tentram.hadirlah seorang wanita yang bernama Rusda. Tadinya kehadiran sosok wanita ini disisi abi saya,masih belum merasa manfaatnya. Dan masih terlalu jauh dari baik serta sosok seroang ibu, dia masih sering terdenagr marah-marah kepada adik saya yang terkecil dan seringnya dia mengomel-ngomel kepada abi karena beliau begitu capek dan repot mengurusi kita satu keluarga. Hal ini ternyata sering waktu berjalan terus berubah dan menjadi suatu hal yang sangat patut saya banggakan dan dapat saya ceritakan kepada seluruh teman-teman saya dimanapun. Perubahan ini saya rasakan ketika saya balik ke Banda Aceh beberapa hari yang lalu.

Adik-adik bercerita bagaimana ibu kini begitu bijaksana dalam memecahkan masalah-masalah dalam keluarga, terus abi yang dulunya malas solat sekarang sudah ingin solat lagi tanpa tinggal lagi. Dan adik saya yang paling kecil kini sedang menghapal Juz Amma yang setiap harinya dibantu oleh ibuku. Ibu juga bisa membantu abi untuk tetap tegar menghadapi semua tekanan dikantor dan mendukung abi untuk menjalankan amanah untuk menjadi pengurus musholla dikantornya. Keluarga besarpun mendapat efek dari kebaikan ibu tiriku ini. Seluruh keluarga besar kini sering berkumpul dirumah dan bercerita berbagi bersama-sama dan selalu memecahkan masalah-masalah bersama-sama. Tidak ada lagi yang berebut harta warisan, tidak ada lagi yang saling bermusuh-musuhan. Sekarang yang tertinggal adalah sebuah keluarga yang sangay harmonis dan tenang. Insya Allah kedepan pun saya berharap ini akan terus berjalan dan semakin baik dikemudian harinya. Seorang wanita yang dulunya sangat ditakuti kini sangat dicintai dan disayangi, dimana beliau bersedia berkorbankan waktunya untuk memenuhi keuangan keluarga, memberikan kebebesan berpikir bagi anak-anaknya dan harus sesuai dengan islami. Dimana tidak ada lagi kesenjangan antara saudara tiri dan saudara kandung. Sungguh senyum yang dulu kuncup kini telah berkembang lagi. Tiada lagi awan hitam dan guntur yang selalu menyambar didalam rumahku, yang ada kini hanya angin di musim bunga yang berhembus sepoi-sepoi menyejukkan hati penghuninya.

Sumber :

http://yudimuslim.multiply.com
Kisah mengenai anak tiri seringkali memang cukup menyedihkan. Dengan kejamnya sang ibu sering menyiksa anak tirinya tersebut. Bahkan kasih sayang yang diberikan pun sangat jauh berbeda dibanding dengan kasih sayang kepada anak kandungnya.

Demikian juga dalam cerita kali ini. Film ini berkisah tentang cinta putih seorang anak pada ibu tiri yang di matanya adalah ibu yang harus di hormati, dicintai juga harus dipatuhi.

Selain itu kisah ini juga menceritakan tentang seorang menantu yang penuh strategi, akal dan siasat dalam menghadapi ulah mertua tiri yang jahat.

Tetapi pada kejadiannya ini diceritakan bahwa ibu tiri yang bermaksud lebih mementingkan anak kandungnya, memanjakan anak kandungnya, tetapi justru menjadi kecewa karena ternyata si anak kandungnya itu lebih mencintai harta daripada mencintai ibu kandungnya.

Kemudian karena kekecewaan sang ibu tiri kepada anak kandungnya sendiri itu, maka membuat ibu tiri tersebut sadar bahwa cinta sejati hanya bisa diperoleh dari anak tirinya yang selama ini telah ia kesampingkan.

Sumber :

http://www.indosiar.com
Kejamnya Ibu tiri tak sekejam Ibu kota. Mungkin ada benarnya tak semua Ibu tiri jahat, selama masih ada hati so kita masih bisa berkompromi dengan makhluk yang namanya Ibu. Persfektif di luar memandang Ibu tiri Ih….galak…….serem, hanya sayang sama ayah saja. bla bla bla. Adakah wanita yang bercita-cita menjadi Ibu tiri? mungkin tak sampai terpikirkan. Namun kita tak bisa menolak suratan takdir apabila kita berjodoh dengan duda beranak. Sehingga jika menikah dan langsung dapat gelar Ibu tiri. Apapun itu, bisa jadi pahala atau dosa, kitalah yang menyingkapi jalan kebajikan atau kelalaian. Menabung pahala tentunya dengan memelihara anak titipan Tuhan ke tangan kita. Energi positifnya diharapkan double ibadah, menikah dan mengurus anak.

Cerita ini mengkisahkan kebahagiaan menjadi Ibu tiri. Ku lihat di sinar matanya yang berbinar ketika bercerita tentang anak barunya. Ia belajar menjadi Ibu dan memahami anak yang bukan dari rahimnya. Mengenali kebiasaan dan mengajarkan aturan-aturan yang mesti di taati. Sebutlah Lala, dia seorang muslimah yang bekerja di kota besar. Statusnya awalnya adalah gadis yang menikah dengan duda beranak satu.

Disini saya melihat sisi lain di balik kepingan koin rumah tangga. Harus rela berbagi perhatian dan kasih sayang, siapkah anda menjadi Ibu tiri? perlu kebesaran hati untuk menerima keduanya. Meyakinkan diri dan keluarga sebelum mengambilan keputusan tersebut. Adaptasi di rumah dan keluarga baru. Keikhlasan…ya…keikhlasan yang harus berbicara untuk mendamaikan hati.

Yang dilakukan Lala yaitu menempatkan diri seperti Ibu kandung, perlu proses untuk bisa dicintai dan mencintai. Larangan pada anak tiri bisa jadi bumerang apalagi jika sang papa tak mendukung, tapi semua kembali ke komunikasi dan komitmen kedua belah pihak. Perbedaan pendapat tidak disingkapi dengan bijak akan menimbulkan konflik. Bisa jadi cara memanjakan anak antara ibu dan ayah berbeda. Jangankan Ibu tiri, orang tua kandung saja bisa beda persepsi memandang dan memberikan kasih sayang kepada anaknya. Walaupun hal kecil bisa jadi besar jika tak sepaham. Jejak kebajikan Lala perlu diacungi jempol. Semoga waktu mengajarkan celah yang terbaik.

Setiap orang itu unik, tak perlu membandingkan yang satu dengan yang lain. Belajarlah untuk mengerti dan menyesuaikan diri dengan pribadi yang berbeda karakter. Setiap tetes karunia ada pertanggungjawaban, ada amanah yang di emban, ada nikmat yang harus di syukuri. Ia ingin membangun sebuah kebun yang luas di dunia ini sebagai ladang yang hasilnya akan dipetik akhirat nanti. Tak salah deh abang A.Y menerima Lala sebagai istrinya.

Sumber :

http://alamdewi.wordpress.com
Jika kita membahas tentang hati seorang ibu tiri, mungkin anda berpikiran bahwa kebanyakan ibu tiri memiliki sifat yang jahat kepada anak yang bukan anak kandunnya. Meskipun begitu masih ada orang yang menganggap bahwa ibu tiri sama saja dengan ibu kandung, tetapi ada juga yang berpendapat lain. Oleh karena itu salah satu orang memberi beberapa contohnya, yaitu sebagai berikut :

Anak-anakku senang bermain peran. Suatu hari kami bermain peran putri Cinderella. Aku mengambil peran sebagai ibu tiri dan kuminta kedua anakku untuk memerankan saudara tiri Cinderella. Anak pertamaku menolak sementara anak keduaku tertawa senang dengan peran yang kuusulkan. Ketika kuperankan ibu tiri yang galak kedua anakku melihatku sambil tertawa terpingkal-pingkal…. (mungkin menurutnya aku cocok memerankan ibu tiri yang galak….). Setelah selesai memerankan ibu tiri yang galak….aku mulai bertanya dalam hati, kenapa ya ibu tiri selalu digambarkan sebagai ibu yang galak terhadap anak tirinya…. Sementara ibu kandung selalu digambarkan sebagai ibu yang penuh kasih kepada anak-anaknya….? Aku mencoba membayangkan, mencoba menelusurinya dan mencoba memahaminya.



Menurutku ibu tiri adalah sosok ibu yang merawat anak yang tidak dikandungnya. Ia membesarkan anak tirinya karena disebabkan oleh beberapa hal, seperti karena perkawinannya yang belum juga mempunyai keturunan sehingga mencoba untuk mengambil anak untuk diasuh menjadi anaknya, bisa juga karena seorang wanita yang menikah dengan lelaki yang telah memiliki anak dari perkawinan sebelumnya atau mungkin juga disebabkan berbagai alasan lainnya. Ketika seorang wanita mejadi ibu, tentu berbagai tugas dan tanggung jawab wajib ia jalankan. Ketika fajar mulai menyingsing dan si anak mulai bangun, dengan mata yang masih mengantuk, ibu tiri harus membuatkan susu, memandikannya, menyiapkan sarapan, menyuapinya, mengajaknya menghirup udara pagi dan macam-macam lagi yang harus ia kerjakan hingga malam hari bahkan hingga tengah malam sekalipun, tidurnya terganggu sekedar memastikan bahwa si anak nyaman dalam mimpinya. Berbagai hal harus ia kerjakan sehingga waktu, pikiran dan tenaganya tersita untuk hal-hal baru yang tiba-tiba saja harus ia lakukan. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini dan ketidak siapan mental, tentu akan berdampak ke psikologis ibu tiri. Luapan emosi terkadang muncul, bukan hanya mulut yang bicara tak jarang tanganpun bermain di badan anak tirinya. Hal ini menyebabkan si anak tiri merasa tak nyaman dan membuatnya melakukan sesuatu untuk menarik perhatian ibu tirinya. Tingkah untuk menarik perhatian ibu tiri mungkin tidak berhasil, sebaliknya bahkan bisa saja menambah emosi ibu tirinya…. Ya itulah yang mungkin terjadi sehingga kita mengenal ibu tiri yang galak dan jahat. Tapi coba bayangkan kalau si ibu tiri ini dapat melakukan semuanya dengan tulus, dengan keiklasannya tentu yang terjadi justru sebaliknya, ia akan menjadi ibu tiri yang penuh kasih kepada anak tirinya. Kurasa masih banyak wanita yang mempunyai ketulusan seperti ini dan aku sangat menghargai ketulusannya itu.



Berbeda dengan ibu tiri, ibu kandung adalah ibu yang mengandung anaknya, ia selalu membawa anaknya mulai dari benih hingga janin yang siap untuk dilahirkan dari perutnya. Sejak awal, ia menyadari ada kehidupan baru yang dititipkanNya untuk dirawat. Allah itu memang baik, Dia merencanakan sesuatu yang indah pada waktunya, Dia persiapkan si ibu selama 9 bulan sehingga si ibu siap menerima titipanNya dan merasakan kebahagian yang luar biasa sehingga dapat mengasihi titipanNya itu. Menurutku Allah itu tidak hanya baik tetapi juga penuh pengertian, ketika Dia menitipkan kehidupan baru, Dia pun mencukupinya dengan kelimpahan rejeki sehingga rejeki itu dapat digunakan untuk merawat dan membesarkan titipanNya itu. Apakah semua ibu kandung merasakan hal ini? Akupun tak yakin…. Kurasa masih ada ibu kandung yang dengan berbagai alasan menolak kehadiran titipanNya itu dan bahkan menelantarkannya….



Lalu mana yang terbaik bagi anak, hidup bersama ibu tiri atau ibu kandung ya? Sepertinya semua tergantung ketulusan hati ibu dalam menjalani perannya dalam kehidupan di dunia ini….

Sumber :

http://nustaffsite.gunadarma.ac.id
ssa kuajipan anak baik pa orang tua. ddu anak yatim, tti anak tiri = angkat, eem anak istri bisa jadi musuh, lli bayi dl kandungan suda ditentukan nasibnya. een batas bayi menyusu. ttu tugas ibu bapak saat talaq, dde sikap anak terhadap ibu bapak. sse jika orang tua melakukan kesalahan apa yg kita lakukan, sako sakitnya melahirkan, sasa harta dan anak ibada. ....... ...... ...... ...... ssa KUAJIBAN ANAK BRBUAT BAIK PD ORANG TUA. 29ALANKBUT, 8. Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 31LUQMAN. 14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
15. Dan jika keduanya memaksamuuntuk memper sekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 46ALAHQAF, 15. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah(pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri.16.Mereka Itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama
penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. 17. Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, Apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, Padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". lalu Dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka". 18. Mereka Itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. Enzig 5 Kranji, ..... ...... ...... ...... ...... ..... ........ ddu ANAK YATIM 2AL-BQARAH, 220.Tentang dunia dan akhirat. dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang Mengadakan perbaikan. dan Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
4.AN-NISA;. 2. Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu Makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar.3. Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil[265], Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.4. Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. 5. Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya[268], harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. 6. Dan ujilah[269] anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta),
Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu Makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia Makan harta itu menurut yang patut. kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu). 7. Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. 8. Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat[270], anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu [271] (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang baik. 9. Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. ,,,, , [265] Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah. [266] Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh Para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. ayat ini membatasi poligami sampai empat orang saja. [267] Pemberian itu ialah maskawin yang besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua pihak, karena pemberian itu harus dilakukan dengan ikhlas. [268] Orang yang belum sempurna akalnya ialah anak yatim yang belum balig atau orang dewasa yang tidak dapat mengatur harta bendanya. [269] Yakni: Mengadakan penyelidikan terhadap mereka tentang keagamaan, usaha-usaha mereka, kelakuan dan lain-lain sampai diketahui bahwa anak itu dapat dipercayai.[270] Kerabat di sini Maksudnya : Kerabat yang tidak mempunyai hak warisan dari harta benda pusaka.[271] Pemberian sekedarnya itu tidak boleh lebih dari sepertiga harta warisan. 17.AL ISRAA' 34. Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. Enzig 5. Kranji. ..... ..... ... .....
tti ANAK TIRI / ANGKAT. 33ALAHZAB, 4.Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar[ itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar). 5. Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Enzig 5 Kranji, .... ..... .... ..... .... eem ISTRI. ANAK BISAJADI MUSU KITA. 64ATGABUN, 14.Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka berhati-hatilah kamu
terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 15. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. Enzig 5 Kranji. ..... ..... ...... . lli BAYI DLM KNDUNGAN UDA DIKETAHUI ALLAH. 53.AN-NAJM. 32.(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. 3.ALI-IMRAN. 6.Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 31.LUQMAN, 34. Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat
mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. 22AL HAJJ, 5. Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. 80ABASA,18.Dari Apakah Allah menciptakannya? 19. Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya. Enzig 5. Kranji. .....
...... ..... ....... een BATAS IBU MNYUSUI BAYINYA 2AL-BQARAH,233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. Enzig 5 Kranji, 31LUQMAN 14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Enzig 5 Kranji. ..... ..... ..... ..... .. ttu
TGAS IBU BAPAK /saat talaq. 233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerja, Enzig 5. Kranji. ...... ....... ....... ......... dde SIKAP TER HADAP IBU BAPAK.17.AL ISRAA' 23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850].
24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil, Enzig 5 Kranji. ...... ..... .... JANGN IKUTI ORANG TUA JIKA SALA. 31.LUKMAN. 21.Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". mereka menjawab: "(Tidak), tapi Kami (hanya) mengikuti apa yang Kami dapati bapak-bapak Kami mengerjakannya". dan Apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?.15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 2.AL-BAQARAH. 170.Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah
mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" 29.AL-ANKABUT. 28. Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Enzig 5. Kranji, ..... ..... ...... ..... sako RASA SAKIT MNJELANG MELAHIRKAN 19MARYAM 23. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: "Aduhai, Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan, Enzig 5 Kranji, .... ..... ....... sasa BUKAN HARTA/ANAK YG BISA SAMPAI PD ALLAH. 34SABA, 37. Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka Itulah yang memperoleh Balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang Tinggi (dalam syurga).

Sumber :

http://enzig5.wen.ru/quranku/3/index.html
Kekejaman ibu tiri memang tidak menjadi hal yang aneh bagi kita. Karena sudah dari dulu ibu tiri terkadang dapat bersifat kejam apabila tidak kepada anak kandunya sendiri. Perhatikanlah cerita singkat berikut ini :
Ateng (Ateng) telah merasakan betapa susahnya hidup bersama ibu tirinya. Banyak diperintah, sering kena marah bahkan ditampar. Ayahnya sendiri dirasakan tidak pernah membela Ateng. Penampilan kawan lamanya, Iskak (Iskak) yang baru datang dari Jakarta, membuat orang-orang kampung mengaguminya. Padahal Iskak belum begitu lama merantau ke Jakarta. Hal tersebut membuat Ateng kepengin sekali ikut merantau ke ibukota. Maka berangkatlah Ateng bersama-sama dengan Iskak. Di Jakarta, ketika mereka meleng, tas mereka hilang diambil orang. Atengpun sadar bahwa ternyata Iskak sendiri hanya omong besar dan susah mendapatkan pekerjaan. Begitu pula Ateng yang belum berpengalaman dan tidak memiliki ketrampilan. Ateng merasa sengsara di ibukota, selain babak belur, juga kelaparan dan ditipu orang. Ateng merasakan betapa lebih kejam ibukota dibanding ibu tirinya.
Dapat diambil kesimpulan bahwa, janganlah pernah kita membenci ibu kita sendiri walaupun ibu tersebut bukanlah ibu kandung kita sendiri.

Sumber :

http://id.wikipedia.org
Keikhlasan hati ibu amatlah besar. Apalagi jika kita membayangkannya, tentunya kita tidak dapat membayangkannya dengan kata-kata. Coba kita renungkan bagaimana perjuangan ibu kita yang telah menagndung kita selama sembilan bulan, melahirkan kita yang bisa mengorbankan nyaqwanya,dan membesarkan kita. Coba simaklah cerita berikut :

Adit adalah seorang anak yang sangat polos, wajar saja umurnya masih delapan tahun. Suatu hari ibunya meminta tolong kepadanya. Ibunya meminta tolong untuk membeli garam di warung. walaupun adit mau menolong ibunya, ia terlihat menggerutu tanda ketidak ikhlasannya. "kenapa sih ibu terus saja meminta tolong kepadaku, akukan lagi sibuk bermain" dalam hatinya.
ketika selesai membeli garam kepada ibunya iya dengan cepatnya mengambil sebuah pensil dan selembar kertas. kemudian ia berikan cacatan itu kepada ibunya, isinya

membantu ibu membersihkan tempat tidur Rp 5.000
membantu ibu didapur Rp 10.000
membantu ibu membeli garam di warung Rp 5.000
jadi semuanya Rp 20.000. ibu harus memberi saya imbalan atas jasa saya.

kemudian ibunya tersenyum, dan menuliskan sesuatu di kertas. Adit penasaran melihat apa yang dituliskan ibunya itu. Ibunya pun memperlihatkan cacatannya

mengandung adit selama 9 bulan, Gratis
Menggendong Adit kalo sedang menangis, Gratis
Membelikan susu untuk Adit, Gratis
mengganti popok Adit, Gratis
Jadi semuanya GRATIS

Adit pun menangis terharu dan meminta catatannya kembali dan menuliskan "LUNAS".

Walaupun cerita ini sangatlah lucu,tetapi kita juga herus dapat mengambil hikmahnya. Yaitu kita harus menghargari keikhlasan hati ibu kita sendiri dalam segala hal.

Sumber :

http://tandjungringgit.blogspot.com
Anak manusia lahir karena ibu. Ia bisa melihat dunia dan mampu menghirup udara dunia karena ibu. Perjuangan ibu supaya anak bisa lahir dengan selamat sangat begitu besar. Belum lagi, semasa mengandung (hamil) selama sembilan bulan, seorang ibu harus berjuang mati-matian agar bayi yang berada dalam kandungannya sehat

Seorang ibu pun harus menjaga kesehatan tubuhnya secara prima. Selain itu, seorang ibu jangan banyak bekerja yang kemudian bisa mengurangi kesehatan bayi. Seorang ibu pun jangan sampai berbuat sesuatu di luar norma tertentu yang bisa mencelakakan jabang bayi yang sedang dikandungnya. Ibu sangat dianjurkan untuk puasa terhadap segala hal yang dapat membawa malapetaka bagi anaknya.

Sangat hebat, bukan? Ini merupakan sebuah upaya yang tiada henti dan sangat luar biasa hebatnya. Bahkan, ketika seorang anak sudah mulai bisa berjalan, menemui masa kanak-kanaknya, ibu pun tiada henti memberikan kasih sayangnya yang tiada tara.

Ibu selalu memberikan cinta kasih yang sangat tak ternilai harganya. Saat anak sakit, seorang ibu yang merasakan sakitnya terlebih dahulu sebelum bapak ataupun saudara-saudaranya. Seolah-olah batin anak sudah menyatu dengan batin seorang ibu. Perasaan anak sama dengan perasaan ibu, dan begitu sebaliknya.

Jika demikian, cinta kasih seorang ibu kepada anak ibarat seorang sufi yang sangat mencin-
tai Allah SWT. Tidak ada yang bisa digantikan olehnya. Ini adalah sebuah keniscayaan. Saat anak mulai beranjak remaja dan dewasa- pun, perhatian seorang ibu makin besar. Ia sebagai buah hati sang ibu harus tetap dijaga dan diopeni (dirawat) sedemikian serius. Jangan sampai dia berbuat yang tidak baik dan mencelakakan dirinya.

Seorang ibu sangat mencurahkan emosinya untuk si anak. Jika bapak marah pada anak, maka ibu yang membela anaknya supaya jangan dimarahi atau dibentak. Itulah seorang ibu, yang sangat agung dan mulia hatinya Hati beliau sangat suci.

Ibu selalu menjadi benteng terakhir. Bahasanya yang sangat lemah lembut, penyabar, dan selalu mendoakan anaknya supaya menjadi anak baik menjadi ciri khas ibu sejati la tidak pernah menunjukkan rasa marah kepada anak. Selalu tersenyum, memberikan yang terbaik bagi anaknya dan begitu seterusnya. Ibu menjadi tempat curahan bagi anak. Ketika anak mendapat masalah, maka yang didatangi lebih dulu adalah ibu. bukan bapak dan lain seterusnya. Seolah-olah anak tidak bisa hidup tanpa ibu. Ibu adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak.

Anak yang baik adalah ketika ia sangat mengabdi kepada ibu dan memberikan balas budi yang baik pula; menunjukkan kesopanan, kesantunan hidup dan lain seterusnya kepada ibu. Ia selalu mengikuti perintah dan larangan yang disampaikan ibu. Ia tidak menyela ketika ibu berbicara. Ia mendengarkan dan menjalankan secara konkret segala petuah dan saran yang disampaikan ibu.

Ketika ibu sedang membutuhkan pertolongan, tanpa diminta pun, anak sangat peka dan langsung membantu ibu. Yang jelas, menjadi anak tidak durhaka kepada ibu merupakan sebuah wujud dedikasi sangat luar biasa. Tidak menyakiti ibu pun harus dikerjakan sebab ini bagian dari dedikasi.

Nabi Muhammad SAW berpesan, cintai dan sayangilah ibumu sebagaimana mencintai dan menyayangi dirimu sendiri. Patuh-lah kepada ibumu sebab surga itu berada di telapak kaki ibumu.

Barangkali, apabila dihubungkan dalam konteks hari ini, seorang anak harus selalu membahagiakan ibu, memberikan hal terbaik yang dapat membuat ibu senang dan gembira. Jangan sampai mengecewakan ibu.

Mendoakan siang dan malam supaya ibu tetap panjang umur adalah sebuah tugas yang harus dilakukan oleh seorang anak. Lebih tepatnya, ukuran seorang anak apakah dianggap bertakwa kepada Allah SWT adalah ketika anak itu mampu menunjukkan kepeduliannya yang sangat tinggi kepada ibu.

Anak sangat menyayangi ibunya dan selalu berupaya semaksimal serta seoptimal mungkin menjadi pengawal ibu tanpa mengenal waktu. Anak tidak pernah mengeluh atau mengomel apabila diminta untuk menemani ibu.

Bahkan, merawat ibu pada masa tua sebagaimana ibu pernah merawat anak saat kecil hingga dewasa pun harus dilakukan. Selalu menempatkan ibu dalam posisi tertinggi dalam keluarga pun harus dijalankan. Sebab, ia adalah sinar yang bisa menerangi kegelapan bahtera kehidupan. Ibu ibarat barang keramat dan sakral yang membawa segala bentuk keistimewaan tertentu.

Siapa pun kemudian akan serempak berkata, menjadi ibu sedemikian akan mampu menentukan arah bangsa. Ketika semua ibu di negeri ini menjadi orangtua yang mengajarkan kebaikan, moralitas, etika, dan hal baik lainnya kepada anak-anaknya, bangsa ini akan selamat dari rusaknya moralitas bangsa.

Korupsi tidak akan terjadi di mana-mana. Pembunuhan atas dasar apa pun tidak akan ada. Perdamaian di negeri ini akan mampu terbangun dengan sedemikian rupa. Sebab, didikan hidup seorang ibu kepada anaknya adalah janganlah menebarkan konflik antarsesama dan janganlah menebarkan permusuhan satu sama lain.

Didikan hidup semua ibu adalah mengajak anak-anaknya supaya bersaudara, menjalin tali asih yang erat dan saling berbagi rasa baik duka maupun suka Semua ibu menganjurkan anak-anaknya agar menjadi bagian bangsa dan masyarakat yang membangun kesetiakawanan, pertemanan, persahabatan dan seterusnya Mereka bersatu padu demi menciptakan kehidupan yang konstruktif dan dinamis.

Pertanyaannya adalah apakah ibu-ibu di negeri ini memiliki sikap, pikiran, dan tindakan sedemikian? Secara tegas, sangat susah mencari jawaban yang benar dan pasti. Barangkali, kita hanya bisa mengatakan, masih banyak ibu yang memiliki hati sangat mulia dan mau mendidik anak-anaknya menjadi orang baik. Namun, banyak pula ibu yang tidak berhasil mendidik anak-anaknya karena faktor bekerja di wilayah publik atau wanita karier. Akibatnya, pendidikan anak diserahkan kepada pembantu. Anak pun ditelantarkan dengan sedemikian rupa

Pikiran ibu sedemikian hanya berpandangan, yang penting anak diberi uang jajan dan segala fasilitas lainnya Ini sangat ironis. Namun, kita tetap berharap, semoga pada Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember 2009 itu semua ibu makin menyadari tanggung jawabnya supaya menjadi orangtua yang betul-betul berhati keibuan.

Sumber :

http://bataviase.co.id
Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:
"Apabila seorang anak Adam mati maka terputuslah seluruh amalnya kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang selalu mendoakannya." (Hadits shahih riwayat Muslim (1631)).

Oleh karena itu, anak shalih yang selalu mendoakan orang tua merupakan aset penting yang sangat berharga yang selalu dicita citakan oleh para orang tua.

Buku saku ini menjelaskan pentingnya anak shalih yang selalu mendoakan orang tuanya. Beragam hal dibahas dalam buku ini, diantaranya adalah:
- Birrul walidain
- Berbakti kepada kedua orang tua dan mendoakannya merupakan wasiat Allah sesudah wasiat tauhid
- Hingga apabila engkau telah berusia empat puluh tahun
- Doa doa untuk kedua orang tua dalam al Qur'an
- Etika dan waktu yang tepat untuk mendoakan kedua orang tua
- Amal amal shalih yang dilakukan anaknya yang shalih
- dll

Dalam ringkasan ini saya kutipkan sebagian saja dari isi buku itu. Dengan meringkasnya. Semoga bermanfaat buat kaum muslimin.

[JERIH PAYAH IBU YANG TIADA SIA SIA]

Anak adalah anugerah yang agung. Ia merupakan titipan Allah kepada kita, sekaligus menjadi amanah yang harus kita jaga. Demikian halnya tugas sebagai orang tua, mengasuh dan mendidik anak anak, mendampingi serta membimbing mereka. Semua itu harus dilakukan dengan mengharapkan pahala di sisi Allah. Karena anak adalah aset yang tiada ternilai harganya dan merupakan tabungan bagi kedua orang tuanya di akhirat kelak. Pada saat pahala seluruh amalan telah terputus, saat pahala shalat dan puasa tak lagi bisa kita raih. Dikala itu, doa anak yang shalih akan bermanfaat bagi kedua orang tuanya. Demikian pula ilmu yang bermanfaat yang telah diajarkan kedua orang tua kepada anak anak mereka akan terus mengalirkan pahala bagi keduanya.

Sungguh jerih payah yang kita lakukan itu tak akan sia sia. Kita pasti memetik hasilnya di kemudian hari kelak. Sungguh berbahagialah orang tua yang memiliki anak shalih. Maka dari itu, hendaklah ia senantiasa mendoakan anaknya supaya menjadi anak shalih. Allah berfirman (yang artinya):

"Dan orang orang yang berkata: 'Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang orang yang bertakwa'." (QS. al Furqan: 74).

Dan orang tua boleh meminta alim ulama atau orang shalih supaya mendoakan anaknya menjadi anak yang shalih, anak yang berbakti kepada orang tuanya. Seperti itulah yang dilakukan oleh para shahabat Nabi dahulu, mereka membawakan anak anak mereka untuk ditahnik dan didoakan oleh Nabi shallallahu'alaihi wa sallam.

Diriwayatkan dari Abu Musa al Asy'ari radhiyallahu'anhu, ia berkata: "Ketika aku dikaruniai seorang anak, aku membawanya kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam. Beliau menamakannya Ibrahim, lalu beliau mentahniknya dengan kurma serta mendoakan keberkahan untuknya kemudian beliau serahkan kembali kepadaku." Itulah anak sulung Abu Musa al Asy'ari. (HR. Bukhari dalam kitab al Aqiqah (7645)).

Sebagai orang tua kita harus siap berkorban apa saja asalkan anak kita tumbuh menjadi anak yang shalih. Anak yang shalih adalah anugerah sangat besar dari Allah Subhanahu wa Ta'ala yang tidak bisa dinilai dengan materi...!

[ABU HURAIRAH ANAK YANG SHALIH DAN
BERBAKTI KEPADA IBUNDANYA]

Mendoakan kedua orang tua bukan hanya ketika mereka sudah wafat, namun juga ketika mereka masih hidup. Dan mendoakan mereka bukan hanya melalui lisan kita, tapi bisa juga dengan cara meminta kepada orang yang shalih supaya mendoakan kebaikan, hidayah dan petunjuk bagi kedua orang tua kita. Usaha maksimal harus ditempuh oleh seorang anak yang berbakti untuk kebaikan dan keshalihan bapak ibunya. Dalam hal ini seorang shahabat Abu Hurairah radhiyallahu'anhu telah memberikan contoh teladan yang baik untuk kita.

Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya dari Yazid bin Abdurrahman, ia berkata: "Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bercerita kepadaku:
"Dahulu aku mengajak ibuku memeluk Islam, saat itu ia masih musyrik. Pada suatu hari aku pergi mendakwahinya, lalu aku mendengar perkataannya yang tidak mengenakkan tentang Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam. Aku pun menemui Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam sambil berlinang air mata. Kukatakan kepada beliau:

"Wahai Rasulullah, aku telah mengajak ibuku memeluk Islam, namun ia menolak ajakanku. Pada suatu hari aku pergi mendakwahinya, lalu aku mendengar perkataannya yang tidak mengenakkan tentang dirimu! Mohonkanlah kepada Allah semoga memberi hidayah bagi ibuku!"

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam berdoa:
"Ya Allah, berilah hidayah bagi ibu Abu Hurairah!"

Aku pun keluar dengan perasaan gembira karena doa Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam tersebut. Sesampainya di ambang pintu kudapati pintu tertutup. Ibuku ternyata mendengar suara langkahku. Ia berkata:
"Tetaplah engkau di tempatmu hai Abu Hurairah!"

Aku mendengar suara percikan air dari dalam, ternyata ibuku sedang mandi lalu mengenakan baju kurung dan selendangnya, baru kemudian membukakan pintu, ia berkata:

"Hai Abu Hurairah, sesungguhnya aku bersaksi Laa ilaaha illallah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul Nya."

Lalu akupun kembali menemui Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam sambil berlinang air mata karena luapan kegembiraan. Aku berkata:
"Wahai Rasulullah, sambutlah kabar gembira, doamu telah dikabulkan Allah! Allah telah memberi hidayah bagi ibuku!" Beliau pun memanjatkan segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala sembari mengucapkan perkataan yang baik. Aku berkata:

"Wahai Rasulullah, mohonkanlah kepada Allah agar menjadikan segenap kaum mukminin mencintai aku dan ibuku serta menjadikan kami mencintai hamba hamba Nya yang beriman." Maka Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam berdoa:

"Ya Allah, jadikanlah hamba Mu ini (yakni Abu Hurairah) dan ibunya orang yang dicintai oleh kaum mukminin dan jadikanlah mereka mencintai orang orang yang beriman!"

Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata: "Maka setiap hamba mukmin yang mendengar perihal diriku pasti mencintai diriku meski belum melihatku!" (HR. Muslim (2491)).

Sungguh sebuah teladan yang agung dari seorang anak shalih, yang berbakti pada orang tuanya. Cobalah lihat bagaimana kegigihan Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dan usahanya yang pantang menyerah dalam mendakwahi ibunya agar mendapat petunjuk kepada Islam. Hingga ia menempuh jalan yang paling mulia yaitu doa. Dan bukan hanya doanya saja, bahkan ia meminta kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam agar mendoakan ibunya.

Cara seperti ini ada baiknya dicontoh oleh siapa saja yang menginginkan kedua orang tuanya mendapat petunjuk kepada Islam dan Sunnah.


Buku ini memberikan inspirasi kepada saya setidaknya dalam dua hal penting. Yang pertama adalah pentingnya memiliki anak yang shalih yang selalu mendoakan kedua orang tuanya. Kenyataan yang ada pada masyarakat, banyak para orang tua sangat antusias dan berjuang maksimal dalam upayanya menjadikan anak yang pintar. Tetapi mereka lupa atau sedikit sekali
perhatiannya untuk membimbing, mempola, dan mendisain anak anaknya agar menjadi anak yang shalih atau shalihah. Padahal anak yang shalih lebih bermanfaat dan dibutuhkan oleh orang tuanya kelak.

Yang kedua adalah pentingnya mendoakan kebaikan untuk kedua orang tua. Harus ada upaya maksimal dari anak untuk mendoakan kedua orang tuanya. Diantaranya dengan minta didoakan kepada orang shalih untuk kebaikan kedua orang tua.

Sumber :

http://insankamilmlg.blogspot.com
Apakah anda sudah mendoakan ibu anda sendiri?. Jika belum cobalah untuk mendoakannya. Karena apakah anda sadar bahwa ibu kita tersebut sudah berjasa besar kepada kita. Coba perhatikan penggalan cerita berikut yang berisi tentang :

Teguran Allah dan Saling Mendoakan


Selama melaksanakan ibadah haji, banyak teguran yang secara halus diberikan Allah kepada diri ini, tetapi jujur saja, sulit membedakan mana yang merupakan teguran dan mana yang merupakan kejadian alami saja.

Saya merasa melakukan ketakabburan saat berada di Mekkah. Sejak berangkat dari Nagoya, saya sudah mulai memakai mask pelindung wajah agar tak tertular penyakit. Mask yang biasa saya pakai adalah mask khusus yang tidak menimbulkan embun di kacamata. Suatu kali saya janjian bertemu dengan Ustadz dari Indonesia di pintu Al-Fath, dan dalam percakapan kami saya sempat menyebutkan bahwa mask yang saya pergunakan bisa mengantisipasi 99% bakteri dan virus yang beterbangan. Keesokan harinya, badan saya meriang dan hidung saya tersumbat.

Saya memahami ini sebagai bentuk teguran Allah, yang membuat saya menangis panjang dalam sholat, memohon Allah menghilangkan penyakit ini atau mengampuni dosa saya melalui kesabaran menghadapinya. Setiap kali meminum air zam-zam selalu saya bermohon agar disehatkan dan dikuatkan fisik ini. Alhamdulillah penyakit tersebut berangsur hilang.

Suatu kali teman mahrom saya mengatakan bahwa sebelum berangkat haji, teman di Nagoya menitipkan saya kepadanya, agar dia menjaga saya selama pelaksanaan ibadah haji. Dia terucap, “mengapa saya harus menjaga, Mba? Bukankah Mba lebih tua daripada saya. Semestinya Mba yang menjaga saya”. Saya hanya tertawa saja mendengarnya. Tetapi keesokan harinya saat kami berangkat ke Arafah, teman saya mendadak mengalami panas tinggi dan saya diberi kekuatan oleh Allah untuk merawatnya. Saya tidak tahu apakah teman saya menyadari ini sebagai teguran Allah, tetapi saya memahaminya sebagai teguran, maka tak putus saya mengucap istighfar dan membimbingnya untuk melafadzkan hal yang sama.

Selain berhati-hati dalam perkataan, tindakan dan pikiran, saya mendadak terbiasa untuk mendoakan orang lain. Entah dari mana ini mulai, tetapi saya selalu menangis melihat orang tua yang berjalan tertatih, atau sedang mengangkat air zam-zam yang berat. Kadang-kadang saya menangis karena membayangkan bapak dan mamak saat menunaikan ibadah haji tiga tahun lalu. Barangkali seperti begitulah beratnya beliau melalui hari-hari di tanah haram. Saya menyesal tak bisa menemani mereka saat itu.

Jika melihat orang tua yang kelelahan, saya kemudian terdorong untuk mendoakan agar dia beroleh kekuatan, dan Allah menurunkan kasih sayangnya. Jika mendengar anak menangis, maka mulut dan hati saya secara reflek mendoakan agar Allah memberinya ketenangan dan kenyamanan, ketika mendengar suara batuk jamaah, saya memohonkan agar Allah menyehatkannya, tatkala teman saya sakit, maka saya mendoakan kesembuhannya. Keinginan untuk mendoakan tersebut secara reflek muncul dalam diri, tentunya tak ada yang menggerakkannya kecuali Allah yang Maha Rahman dan Rahiim.

Suatu kali sehabis tawaf sunnah, saya beroleh tempat sholat di dekat tangga, di samping seorang nenek dari Indonesia. Duduk di dekat tangga adalah kesalahan karena menghalangi orang yang lalu lalang. Tapi saya berfikir tempat duduk saya masih bebas dari lalu lalang orang. Tiba-tiba datanglah seorang kakek, nenek dan seorang putrinya yang saya duga mereka dari Bangladesh atau Pakistan. Mereka duduk di samping saya dan tentu saja bolak balik terdorong orang yang lalu lalang. Saya panggil si nenek dan memberinya space kecil di belakang tempat duduk saya. Alhamdulillah dia aman, tetapi putrinya bolak balik tergencet orang yang lewat. Tiba-tiba seorang wanita datang dan memaksa duduk di depan saya yang sebenarnya terpakai untuk menaruh barang/sepatu ibu-ibu. Dia mendorong barang-barang tersebut ke belakang, tepat di depan saya, sambil berkata sesuatu yang saya tidak tahu artinya, tapi saya bisa memahaminya agar barang-barang tersebut disingkirkan. Nenek Indonesia yang duduk di sebelah saya merasa haknya diganggu, maka dia pukul kaki si wanita, sambil berusaha menaruh kembali barang-barangnya di tempat semula. Tapi si wanita bersikeras menaruhnya di depan kami. Saya ambil barang-barang itu, “biar saya yang pegang, Bu. Tidak apa-apa, insya Allah aman”. Maka sambil membaca Al-Quran, barang-barang tersebut saya taruh di pangkuan. Posisi duduk saya mulai terdesak ke depan, mepet dengan wanita tadi. Tiba-tiba saja dia menoleh dan menegur saat saya membenahi posisi sajadah. Saya terdiam dan tiba-tiba saja menangis pelan. Ya, Allah berikanlah kasih sayangMu kepadanya, lembutkan hatinya, lapangkan dada kami ya Allah. Luaskan masjid ini untuk tempat berdiri kami, sambil menangis saya mendoakannya. Tak lama kemudian dalam duduknya bahu wanita tadi terguncang-guncang, dia menangis dalam doanya. Saya pun menangis. Tatkala waktu sholat subuh tiba, dan semua jamaah berdiri, tiba-tiba saja wanita tadi tergeser dan terdesak oleh dua orang ibu besar yang sedari tadi duduk di depannya, karena tidak mempunyai shaf, maka mulailah dia berteriak-teriak memaki. Saya terpaku.Seorang ibu yang berdiri sejajar dengan saya mengingatkannya dalam bahasa Arab yang saya bisa tangkap sedikit, agar dia berhenti berteriak dan bertengkar, dan segera menyelip ke dalam barisan, karena sholat akan segera dimulai. Akhirnya saat imam mengumandangkan takbir, dia berhasil menyelip di antara 2 wanita yang menggesernya. Saya bertakbir dan menunaikan sholat dalam keadaan tak bisa berhenti menangis hingga salam. Ya, Allah ampuni kami !

Selain mendoakan, meminta agar orang lain untuk mendoakan kita, menurut saya adalah hal yang baik. Saya bimbang dengan masa haid saya yang tidak kunjung berakhir. Saya takut tak bisa melakukan tawaf wada. Maka, saya telpon ibu saya dan meminta doanya.”Sabar, Nak. Haid itu pasti ada akhirnya”, kata mamak di telpon.Ketika seorang teman saya demam di Mina, saya mengompresnya dan membisikinya agar mendoakan supaya haji saya mabrur, agar saya dapat menyempurnakan ibadah haji ini. Saya sarankan agar dia banyak berdoa, sebab doa orang yang sakit lebih makbul. Saya meminta hal yang sama kepada teman-teman lain yang sakit.

Untuk itu doakanlah ibu anda yang telah berjasa besar kepada anda.

Sumber :

http://murniramli.wordpress.com
Desa kami gempar semenjak tersiar kabar kalau orang itu berubah jadi babi. Menurut berita yang kami dengar dari mulut ke telinga kemudian ke mulut dan ke telinga lagi, dan begitulah seterusnya, orang itu berubah jadi babi lantaran dikutuk oleh ibu kandungnya sendiri.

Sebagian penduduk desa kami ada yang percaya begitu saja atas desas desus yang berhembus tersebut, dan mereka meyakini sepenuhnya bahwa ibu merupakan sosok yang amat keramat; doanya makbul dan kutukannya manjur, seperti yang sedang menimpa orang itu. Namun, tidak sedikit pula ada yang meragukan atau bahkan tidak percaya sama sekali dengan peristiwa ini dan menganggap hal ini hanya dikaitkan dengan cerita takyat semacam legenda Malin Kundang.

Dulu, sewaktu usia kami masih ranum-ranum, memang tidak sedikit hikayat yang berisi pelajaran akhlak yang diberikan oleh para guru ngaji kami. Belasan bahkan puluhan hikayat itu sudah tidak asing menyeruak di telinga kami. Dan, tentu saja salah satunya berkaitan dengan sosok ibu. Sampai-sampai, jika kami dengar ada kawan atau siapa pun yang berani durhaka kepada ibunya, kami tak segan untuk mengejek atau turut mencemoohnya.Meski demikian, lambat laun kami sebenarnya mulai curiga dengan kebenaran hikayat-hikayat itu. Kami kira, hikayat-hikayat itu sengaja dibuat guna menaburkan benih rasa takut di benak kami, hingga akhirnya setelah dewasa nanti kami akan menjadi manusia-manusia berpikiran kerdil dan ciut nyali di haribaan perempuan yang?masing-masing?kami memanggilnya ibu, emak, mami, atau apa saja.

Tapi peristiwa ini benar-benar terjadi di kampung kami, kata kabar yang tersiar, walaupun tanpa kami ketahui secara langsung dengan mata kepala kami sendiri tentang orang itu yang berubah jadi babi. Menurut salah seorang tetangga kami yang kebetulan rumahnya berdekatan dengan rumah orang itu, dan, katanya menegaskan kami, sempat mengintip langsung dari celah dinding yang terbuat dari bambu, bahwa sebelum orang itu terkena kutukan, ia terlebih dahulu memaki dan mengumpat ibunya. Puncaknya, orang itu meludah tepat di wajah perempuan senja yang sudah tak berdaya itu, ibu kandungnya sendiri.

?Kau sudah durhaka pada ibumu sendiri! Itu dosa, Nak!? suara perempuan itu terdengar parau. "Istighfarlah ! Mohon ampun pada Tuhan !", kata perempuan itu meneruskan kata-katanya. Kali ini suaranya mulai melemah meski ia coba angkat keras-keras suaranya. Namun, hanya sia-sia belaka yang ia dapatkan sebab orang itu rupanya sangat keras kepala. Bahkan sama keras dan pedasnya dengan jawaban-jawaban yang diberikan kepada perempuan itu, ibu kandungnya sendiri.

?Preekkk??dengan dosa. Itu urusan nanti. Urusanku sendiri. Tak perlu kau turut campur. Yang ada sekarang hanya urusanku denganmu, hai perempuan tak tahu diri !?

?Istighfarlah sebelum saatnya terlambat, sebelum maut menjemput !? pinta ibunya.

Perempuan itu mengucapkan ?sebelum maut menjemput? sembari berusaha meraih wajah orang itu, anak kandungnya sendiri. Tapi orang itu buru-buru mundur menjauhi dengan secekat gerakan kucing berjingkat.

?Oh, Kau perempuan macam apa? Mau mendoakan agar aku cepat mati? Kau pikir, Kau ini siapa??

?Tidak, Nak! Ibu tidak mendoakanmu seperti itu. Tapi siapa yang mampu mangkir dari takdir??
Lagi-lagi yang didapat oleh perempuan itu hanya kesia-siaan belaka. Kata-kata perempuan itu seolah berubah jadi embun yang menguap saat matahari kian merangkak naik.

?Ibu hanya mohon, percayalah kepada ibu !?

Lalu, kata seorang tetangga kami yang sempat bercerita itu, terdengar suara perempuan menjerit mengaduh berkumpul pada hari yang gaduh di rumah itu. Bagaimanapun, hati perempuan itu telah pecah di saat cuaca di luar sebenarnya sungguh cerah.Kami menganggap peristiwa yang menimpa desa kami sebagai sesuatu yang janggal tapi nyata. Barangkali akal kami memang tidak sanggup menerima. Namun, apakah segala sesuatu akan selamanya diakui sebagai sebuah kebenaran jika terlebih dahulu harus melewati tahapan-tahapan rasionalisasi? Bukankah kemampuan akal manusia juga serba terbatas? Yang kami yakini hanyalah apa yang harus kami yakini menurut ajaran para nabi dan rasul, sebagaimana tertulis abadi dalam kitab suci.

Suatu malam ketika peristiwa yang menggemparkan ini belum reda, kami bermaksud mendatangi guru ngaji kami, Kiyai Hamid. Bagi kami, Kiyai Hamid, bukan saja seorang tokoh masyarakat atau sesepuh desa, melainkan segala tindak tanduknya sering menjadi tauladan kami. Itu semua karena sikap beliau yang ramah, santun, bersahaja, rendah hati, dan berwibawa. Jika boleh dibandingkan dengan laut, ilmu beliau lebih luas dan dalam daripada laut itu sendiri. Dan, jika seandainya ilmu beliau disejajarkan dengan gunung, niscaya ilmu Kiyai Hamid pasti lebih tinggi dari gunung itu sendiri.

Setelah Kiyai Hamid menerima kehadiran kami, kami dipersilahkan duduk di sofanya. Suatu kehormatan yang sangat agung bagi kami dapat duduk sejajar dengan Kiyai ?besar? seperti Kiyai Hamid ini. Sekedar mengulang hikayat yang pernah diceritakan kepada kami sewaktu kami masih rajin meramaikan musholla dan kegiatan belajar mengaji al-Qur?an pada Kiyai Hamid, beliau mulai bercerita:

?Dulu,? katanya, tanpa sedikitpun ada yang berubah dari gaya berceritanya yang khas. ?Ada seorang pemuda yang tersohor sangat alim. Bahkan di negerinya, hampir-hampir tak ada satu pun ibadah penduduk yang mampu menandingi ibadah si pemuda ini.?

?Setiap hari yang dikerjakan hanya shalat, wiridan, i?tikaf, berpuasa, dan tadarrus. Tak sedetik pun waktunya diluangkan untuk hal-hal selain ibadah. Nah, pada suatu hari, karena ada keperluan yang sangat mendesak di rumahnya, ibu dari si pemuda ini bermaksud memanggilnya. Pada panggilan pertama, si pemuda ini tidak menghiraukan. Dan ia lebih asyik dalam ibadahnya. Lalu si ibu ini menanti dengan kesabaran yang tak terperi.?

?Selanjutnya pada panggilan kedua, si pemuda ini masih tetap seperti semula. Hati ibunya mulai cemas. Nah, pada panggilan ketiga, ketika si pemuda ini tetap tak menghiraukan panggilan ibunya, ibunya mulai kesal. Dan, karena si ibu tadi juga manusia biasa seperti kita ini, tentu ia tak luput dari kesalahan. Si ibu tanpa sengaja melontarkan kutukan kepada anaknya.?

?Kalian masih ingat apa yang terjadi kemudian?? tanya Kiyai Hamid kepada kami.
Agak terkejut kami menerima pertanyaan seperti ini. Dalam hati, jujur saja, kami mengaku bahwa kami telah lupa detail ceritanya. Cuma yang kami ingat biasanya terbatas pada judul cerita atau tokohnya saja, kecuali cerita yang sudah terkenal seperti si kancil yang cerdik itu. Kami benar-benar telah lupa atau justru sengaja melupakannya? Kami rasa jawaban atas pertanyaan ini tidak perlu diutarakan kepada beliau, Kiyai Hamid. Dan lagi, bagaimana kami menutupi rasa malu sebab telah melupakan cerita yang penuh nasihat bijak dan pelajaran moral tersebut?

Kami diam. Sunyi. Sepertinya Kiyai Hamid mampu membaca kedunguan kami melalui gerak bola mata dan siku kami yang saling bersikutan satu sama lain.

?Yang terjadi kemudian?? kembali Kiyai Hamid melanjutkan kisahnya setelah terlebih dahulu beliau menyeruput teh manis yang dihidangkan malam itu, begitu pula dengan kami. ?Pada malam harinya, kampung tempat si pemuda ini tinggal digegerkan oleh ulah seorang pencuri yang ketahuan sang pemilik rumah. Orang seisi rumah itu berteriak keras yang mengakibatkan seluruh penduduk terbangun dari tidur lelapnya. Saat dikejar, pencuri itu telah menyelinap di sekitar masjid, tempat si pemuda ini setiap hari menjalankan ibadah.?

?Sampai di dekat masjid, tanpa sepatah tanya terucap, penduduk langsung menyeret si pemuda yang diduga sebagai pencuri yang sedang berpura-pura shalat. Meski si pemuda ini berusaha menepis tuduhan penduduk, namun suaranya terlampau kalah dengan emosi warga yang sudah dibuat gerah. Si pemuda ini tak dapat mengelak dari nasib. Ia dihakimi massa; kedua matanya dibutakan, dan kedua tangan serta kakinya dipotong.?

?Lalu, apalagi?? tanya Kiyai Hamid kepada kami.
Kami jatuh pada suasana antara kagum dan terkejut. Kenapa Kiyai Hamid bertanya lagi kepada kami yang telah mengubur dalam-dalam hikayat-hikayat semacam ini? Tapi itu tak memakan waktu lama.

?Setelah penduduk puas menghakimi si pemuda alim yang diduga sebagai pencuri ini, mereka pulang ke rumah masing-masing. Hanya tinggal beberapa orang saja di tempat itu. Nah, di bawah temaram lampu obor, tiba-tiba salah seorang di antara mereka rupanya ada yang mengenali siapa sebenarnya ?maling? yang telah mereka tangkap. Samar-samar lalu tampak jelas, mereka terkejut, ternyata mereka telah salah tangkap. Apa lacur, nasi telah jadi bubur. Orang-orang yang masih tersisa itu segera mengantar si pemuda malang ini ke rumahnya. Sesampainya di rumah, seseorang yang ditunjuk sebagai juru bicara mengisahkan kejadian yang menimpa putranya. Si ibu yang melihat kondisi putranya seperti itu, langsung menangis terharu. 'Maafkan ibu, Nak', kata si ibu yang sadar bahwa setiap kata-katanya ternyata lebih ampuh dari mantera-mantera. Setelah keduanya saling bermaafan, tiba-tiba turun keajaiban dari langit. Tubuh si pemuda ini kembali sempurna. Dan si pemuda ini pun akhirnya berjanji akan selalu taat dan patuh kepada ibunya.?

?Masih ada satu kisah lagi.? Kata Kiyai Hamid.
Kami terkejut. Hati kami kecut dan mulai gusar. Tapi bagaimana kami sembunyikan perasaan kami? Tentu sangat mudah bagi Kiyai Hamid untuk membaca pikiran kami dari gerak bola mata atau tubuh kami. Kami hanya mampu menyembunyikan segalanya dalam hati; mbok ya, kalau Kiyai Hamid bercerita jangan panjang-panjang !

Syukurlah, kami sedikit lega sekaligus gelisah. Agaknya Kiyai Hamid tak mampu membaca pikiran kami.
Tapi??

?Dulu, pada masa nabi masih hidup,? katanya memulai kisah yang baru itu. ?Ada seorang laki-laki yang sedang menghadapi sakaratul maut. Para tetangga yang merasa iba dengan laki-laki itu, segera memberitahu nabi. Ditemani beberapa shahabat, nabi pun beranjak menuju ke rumah si laki-laki itu. Setelah melihat keadaannya sebentar, nabi bertanya kepada isteri laki-laki itu. Si isteri menjawab kalau antara suaminya dan mertuanya sedang berseteru. Bahkan, mertua perempuannya itu menambahkan, ia tidak akan memaafkan anaknya selama-lamanya. Seketika itu juga nabi mengutus salah seorang shahabat untuk segera menjemput sang ibu, atau, setidaknya memaafkan segala kesalahan putranya, si laki-laki yang sedang sekaratul maut ini.?

?Tapi apa jawab sang ibu? Ternyata perempuan itu tetap bersikukuh dengan pendiriannya semula; tidak akan memaafkan kesalahan anak kandungnya sendiri! Setelah segala upaya dilakukan gagal untuk meraih hati sang ibu, nabi pun memerintahkan agar jasad laki-laki yang sekarat itu dibakar saja. Demi mendengar berita tersebut, hati si ibu tadi luruh. Ia pun bersedia datang ke rumah anaknya dan memaafkan segala kesalahannya. Akhirnya, dengan disaksikan nabi, ibu dan isterinya, dan beberapa shahabat, laki-laki itu akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang.?

?Nah, itulah sedikit kisah akibat seorang anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya, terlebih lagi kepada ibu kandungnya sendiri.?

Kiyai Hamid menutup ceritanya seolah-olah tengah menyimpulkan sebuah uraian yang panjang dan melelahkan. (Bagi kami, kisah ini bukan lagi ?seolah-olah?, melainkan benar-benar panjang dan melelahkan). Malam itu juga kami pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan ?suka? bercampur ?duka?.

Belum genap seminggu sejak kami mendatangi Kiyai Hamid, desa kami kembali gempar. Menurut seorang tetangga yang sedang melaksanakan tugas ronda, ia melihat sebuah bayangan berkelebat. Setelah diamati dengan teliti, tetangga kami yakin bayangan itu adalah bayangan seekor babi.

Malam itu desa kami gaduh. Ada yang berteriak; babi ngepeeettt?..!!! Teriakan itu rupanya membangunkan tidur lelap penduduk, termasuk kami. Penduduk, dan kami, segera berhamburan keluar menyerupai sekumpulan kelelawar yang telah kau takuti-takuti dengan api obormu.

Dengan berbagai ragam senjata tajam, penduduk memburu babi itu.Mereka, dan kami, berhasil menangkap babi yang meresahkan desa. Tanpa sepatah kata terucap, kami dan para penduduk segera menyiksa, tegasnya ?menghakimi massa? babi naas itu. Saat babi itu sekarat, terdengar suara perempuan dari sebuah rumah. Lirih namun pasti, suara itu berkata, Nak! Maafkan ibu yang dulu tak sengaja mengutukmu.

Dari cerita diatas dapat disimpulkan bahwa kutukan ibu akan datang kapan saja kepada anak yang telah durhaka kepada ibu kandungya sendiri,untuk itu patuhilah dan sayangilah ibu anda sendiri.

Sumber :

http://www.sriti.com/story_view.php?key=2211
Nyanyian kanak-kanak sewaktu saya masih kecil dan hingga sekarang yang selalu membekas dalam hati adalah syair lagu :

“Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia”

Pada saat saya kecil, hanya sekedar menyanyi dan belum memahami akan arti dari kata-kata tersebut. Namun setelah beranjak dewasa, saya sangat kagum kepada pencipta lagi ini, betapa dalam makna yang tersirat dari lagu ini tentang kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya.



Siapakah yang mampu memelihara dengan tulus, sehingga seorang anak dapat tumbuh berkembang dengan baik? Siapakah yang mampu membimbing dan mengarahkan dalam menjalani tantanganan hidup ini? Siapakah yang selalu menanti kala kita pulang kerumah semasa masih remaja? Siapakah yang selalu memeluk dengan penuh kasih kala kita sakit? Hanya seorang ibu yang mampu untuk berbuat itu semua.



Sepanjang hidupnya, ibu selalu bersedia berkorban untuk anak-anaknya hingga mampu untuk hidup mandiri. Bahkan ketika anak sudah dewasa dan berkeluarga, ibu akan selalu setia mengunjunginya terlebih lagi setelah ada cucu yang dikasihinya.

Apapun yang ibu miliki seperti waktu, tenaga, perasaan, bahkan juga materi, akan diberikan kepada anaknya agar anaknya bisa hidup damai dan bahagia. Itulah cita-cita luhur setiap ibu yang berharap bahwa anak-anaknya akan dapat hidup dengan damai dan berguna bagi sesamanya.



Apakah ibu mengharapkan balasan dari anak-anaknya? Tentu tidak !

Seperti syair lagu diatas, dang ibu ”bagai sang surya menyinari dunia”, seperti matahari yang setia terbit dari timur, memberikan terang, kehangatan, panas yang selalu dinantikan oleh semua mahluk hidup.

Begitu setianya ibu kepada anak-anaknya, selalu tercurah kasih sayang, perhatian dan segala keperluan anaknya, tanpa mengharap balas jasa.



Ketika anak-anak menginjak masa remaja, kemudian dewasa. Sikap memberontak mulai muncul karena menghadapi masa puber, merasa sudah mampu untuk melakukan sesuatu tanpa harus minta bantuan kepada ibu. Terlebih lagi adanya kesenjangan baik pendidikan maupun lingkungan yang sudah berbeda dengan masa lalu, membuat pandangan anak-anak banyak berseberangan dengan pandangan ibu.

Memang tidak sepenuhnya anak-anak keliru, karena jaman yang sudah berubah, namun akan lebih baik bila perbedaan pandangan tidak menjadi pembuat jarak antara ibu dengan anak.



Ketika sudah dewasa dan secara ekonomi mapan, banyak pandangan yang lebih bersifat materialistis mengenai bagaimana mengasihi ibu. Karena alasan sibuk, maka lebih banyak orang hanya mengirim uang secara teratur dalam jumlah yang lebih dari cukup dengan anggapan ibu akan senang bila memperoleh kiriman uang. Sementara jarang sekali mengunjungi ibunya secara khusus, atau mengajak ibunya untuk bersama dirumahnya.

Mungkin yang ada dalam benak anak itu adalah bila mengirim uang maka akan dapat membalas budi ibunya, karena secara materi anaknya memang sangat mencukupi.

Berapapun materi yang diberikan kepada ibunya, tidak mungkin untuk membalas kebaikannya.

Adakah yang bisa mengitung secara materi mengenai pengorbanan seorang ibu, mulai dari masa mengandung, melahirkan, memelihara ketika masih bayi, bangun malam hari hingga pagi untuk menyusui, mengganti popok yang basah, kemudian ketika mulai belajar jalan, mulai sekolah hingga menghantar sampai ke pelaminan untuk siap membentuk keluarga yang baru.

Jelas tidak akan mungkin kita membalas kebaikan ibu, apalagi bila dihitung secara materi.



Apa yang mungkin kita lakukan untuk ibu?

Hanya dengan menyenangkan hati ibu, maka ibu akan merasa bahagia terhadap perilaku anaknya.

Sikap patuh, senyuman yang tulus, menemani berbicara atau bercerita, menjenguk ibu secara khusus seperti masa lebaran atau natal atau hari-hari istimewa lainnya bagi ibu.

Perhatian-perhatian kecil yang menyenangkan, seperti misalnya makanan kecil kesukaan ibu, syal, sapu tangan, tas atau sandal yang harganya juga tidaklah mahal, tetapi hal itu disukai oleh ibu.

Atau mungkin mengajak jalan-jalan bersama, ketempat yang disukai ibu. Semua itu bila dibandingkan dengan kiriman uang yang besar setiap bulan, mungkin tidak ada artinya, namun bila ditinjau dari sudut non materi, hal ini akan berdampak besar bagi ibu karena akan mampu menyenangkan hatinya.

Hanya sebatas menyenangkan hati ibu, yang bisa kita lakukan selaku anak-anaknya, karena untuk membalas kebaikannya kita tidak akan pernah mampu melakukannya, dan perlu diingat ibu seperti matahari yang tidak pernah berharap ada balas budi.



Apabila saat ini, pembaca masih diberi kesempatan untuk menyenangkan hati ibu, lakukanlah sekarang karena ketika ibu sudah pulang ke pangkuanNYa, kita tidak lagi memiliki kesempatan untuk menyenangkan hatinya.

Sumber :

http://3ojo.multiply.com
Doa ibu memang sudah tidak diragukan lagi manfaatnya. coba perhatikanlah penggalan cerita berikut ini :

Reena sudah persiapkan kepindahannya ke kota lain dengan matang, 90% siap, yang 10% nya waktu itu memang dia serahkan sepenuhnya pada Yang Di Atas. Tapi sungguh tak dinyana, ternyata faktor yang 10% ini justru mengubah garis keputusan Reena 180 derajat. Setelah Reena ikhlas dan merenung banyak tentang tidak jadinya pindah ini, dia menyadari bahwa niatnya pindah kota tidak direstui dengan ikhlas oleh kedua ibu Reena, ibu kandungnya n ibu mertuanya. Meskipun Reena memang sudah bicara sebelumnya dengan beliau-beliau, dan beralasan tidak tegar hidup di kota sekarang, meskipun semangat di kota yang baru sepertinya lebih tinggi. Namun ternyata restu dan doa ibu memang benar-benar joss di mata Allah. Reena kilas balik lagi saat bicara dengan ibu mertua tentang keinginannya pindah, beliau sudah langsung tidak setuju. Ke ibunya sendiri awalnya Reena tau beliau merestui, karena pada dasarnya yang penting Reena hepi katanya. Apalagi ayahandanya oke melihat semangat Reena yang mulai bangkit lagi. Namun ternyata oh ternyata lagi… menurut Reena ibunya sempat terlanjur berucap “Duh kok anakku harus ke situ ya?” n waktu ditanya pendapat beliau enaknya Reena hidup di mana? Beliau menjawab kalau seandainya Reena di sini sudah bisa dapat apa yang didapatkan di kota lain itu, lebih baik tinggal tentram saja di sini. Hiks…. itulah.

Reena merasa bener-bener mengalami ridlo Allah memang tergantung pada ridlo ortu, terutama ibunda. Meski dia sempat berandai-andai, andaikan dia cerita selengkapnya ke ibu tentang semua gejolak hatinya, mungkin beliau-beliau berdoa lain untuknya. Tapi astaghfirullaah… Reena akhirnya sadari juga mungkin ini sudah jalan hidupnya, menghadapi kenyataan n yang lebih penting lagi ni.. tidak stress n cepet tua.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa doa ibu dapat menghantarkan kita pada cita-cita yang kita impikan dan semoga bermanfaat bagi anda.

Sumber :

http://planet.qwords.com
Perhatikanlah penggalan cerita berikut :

Hmmm kisah ini mungkin sudah usang dan sudah sering di ceritakan oleh2 para orang tua dan guru-guru kita,tapi tidak ada salah nya kan kalau kita mengulang kembali sebagai bahan untuk kita berpikir apa yang telah kita berikan buat sang Ibu orang yang melahirkan dan membesarkan kita.
Para sahabat di landa dukacita,seorang sahabat mereka yang bernama Alqomah berada dalam keadaan sakit yang sudah berat.beliau adalah sahabat nabi yang amat setia,tubuhnya penuh dengan bekas luka akibat melindungi Rasulullah dalam berbagai pertempuran.
Yang membuta para sahabat bersedih bukanlah sakitnya Alqamah,tetapi detik-detik sekarat yang sungguh sangat memilukan,mulutnya terkatup rapat tidak mampu mengucapkan sesuatu kecuali erangan kesakitan,Subhanallah...
Para sahabat telah mengajarinya untuk menggumamkan kalimat2 tauhid,namun lidahnya kelu dan sulit mengucapkan kalimat suci itu.Sahabat sungguh cemas dan sedih jangan-jangan Alqamah mengakhiri hidupnya tanpa kalimat suci dan tanpa sebutan nama Allah dari bibirnya.Bukankan akan menjadi malapetaka besar bagi seorang muslim jika akhir hayatnya tidak terucap keesan Allah apalagi bagi seorang Alqamah yang dikenal bagus agamanya ?Bukankah itu tanda amal kebajikkan selama ini sia-sia.Nauddzubillah mindzalik.
Melihat keadaan yang seperti itu seorang sahabat mendatangi Rasul dan menceritakan semuanya,lalu Rasul dengan segera berangkat untuk melihat keadaan Alqomah dan menangani sendiri derita yang menimpa sahabat setianya itu.Dengan sabar dan dalam keadaan prihatin Rasul membisikkan kalimat tauhid ke telinga Alqamah sambil berpesan,"Alqomah,... bertaubatlah kepada Allah dan sebutlah nama Rabbmu"Tetapi Alqomah tetap membisu hanya nafasnya yang menunjukkan bahwa dia masih bisa memahami apa yang disampaikan Rasul.
Sampai tiga kali Rasul mengulangi bisikkannya kepada Alqomah,tapi Alqomah tetap tidak dapat mengatakannya cuma bola mata nya yang berputar2.Akhirnya Rasul diam dan menoleh kepada para sahabatnya dan bertanya :"Apakah kalian tau apakah Alqomah masih mempunyai orang tua ?Aku curiga mungkin Alqomah pernah berbuat durhaka tanpa dia sadari dan orang tuanya tidak ridha kepadanya,sebab jangan harapkan turun ridha Allah jika tidak memperoleh ridha orang tua.
Salah seorang sahabat menjawab:"ayahnya sudah meninggal yang ada tinggal ibunya,"dimana rumah nya ? tanya Rasul ?lalu sahabat yang lain menceritakan"Ibu Alqomah bermukim dalam sebuah gubuk tua dikampung seberang.Rasul lantas memerintahkan Ali dan Bilal untuk mencari ibu Alqomah serta menceritakan apa yang di alami anaknya,agar dengan demikian si Ibu bersedia memaafkan segala kesalahan anaknya.
Sampailah Ali dan Bilal kerumah gubuk itu walau sudah cukup lama mencari2 mereka mengetuk pintu sambil mengucap salam dan dijawab salam dan di buka pintu,subhanallah mereka tertegun ternyata ibu Alqomah sudah tua dan bungkuk,dengan sopan salah satu dari mereka bertanya:
"Betulkah nenek ibu Alqomah ?
Nenek itu menggeleng,"Bukan.. saya bukan ibu Alqomah.
"Tetapi orang sebelah mengatakan ,kalau neneklah ibu Alqomah.
Sebelum Ali dan Bilal bertanya lagi si Nenek berkata :
"Dulu Alqomah memang anak ku,waktu masih berada dalam kandungan ku,dulu waktu aku melahirkannya dengan taruhan nyawaku,waktu ia kelaparan dan kedinginan aku yang menyuapinya dan memberinya air susu dari sisa-sisa kelelahanku,sekarang ? Alqomah bukan anak ku lagi"
Ali dan Bilal saling berpandangan,mereka bagaikan tertimpa gungung besi,tidak dapat berbuat apa-apa,bahkan tidak berpikir apa-apa akibatnay cuma bisa diam.
Nenek itu matanya menerawang jauh,wajahnya berubah mendung,pekat.Dan berkata lagi " Sesudah Alqomah mempunyai istri dia bukan anakku lagi.Alqomah sibuk dengan urusannya,terlalu gandrung kepada istrinya,sampai tidak punya waktu untuk berkunjung kerumah tua ini untuk menjenguk ku,apalagi nafkah atau pemberian,salam pun tidak pernah dikirimkan nya padaku.
Ali dan Bilal menundukkan kepala ,nenek itu terus berbincang
"Suatu ketika Alqomah lewat depan rumahku, baru itulah dia masuk kerumah ini setelah dia menikah,Alqomah membawa dua bungkusan rapi,yang sebuah diberikan kepadaku ,alangkah bahagianay aku dan lenyaplah dendam dan kesedihan ku sehingga kubuka didepannya matanya,untuk membuktikan aku sangat senang akan pemberiannya,ternyata dalam bungkusan itu berisi kain sutra yang amat indah,kupeluk kain itu dan kuciumi kain itu,namun apa yang terjadi dengan tiba-tiba? Alqomah mengambil kembali kain itu dari tangan ku dan berkata "Maaf ibu.saya keliru menyerahkan hadiah untuk ibu ,kain sutra itu buat istriku dan yang ini buat ibu sambil memberi bungkusan satunya.
Ali dan Bilal masih menutup diri sambil terus mendengar si nenek berkisah,dan sinenek masih menampakkan kehitaman dan kedukaan di wajahnya yang sudah keriput karena usia."Aku sebetulnya cukup kecewa,namun belum cukup melenyapkan kegembiraan ku,aku masih menimang-nimang bungkusan ku yang lain sampai Alqomah meninggalkan rumah ini.
"Sesudah itu,kubuka bungkusan satunya dan alangkah sakit hatiku sebab hanya berisi selmebar kain bekas yang barangkali dibelinya di tukang loak,dengan begitu masih berhakkah Alqomah menganggap dirinya sebagai anakku ?"
Kini betul-betul Ali dan Bilal ditimpa kebimbangan,mereka tidka tahu apa yang harus mereka lakukan,sudah jelas nenek itu sakit hati yang tidak tertahankan terhadap Alqomah,masih mungkin kah dia berkenan mengampuni anak nya ?
Maka dengan radu-ragu Ali berkata"Alqomah sedang dalam keadaan sekarat,Nek,dan dia tidak dapat mengucapkan kalimat tauhid dan Rasulullah memohon agar Nenek mau meridhai Alqomah memaafkan segala kekeliruannya.
"Tidak ! nenek itu langsung memekik "Alqomah bukan anakku,Rasulullah boleh memerintahkan apa saja padaku,asal jangan menyuruh aku mengampuni Alqomah,dia terlalu durhaka padaku dan dia bukan anakku!
Terpaksa Ali dan Bilal pulang dengan sia-sia dan mereka menghadap Rasul dan menceritakan semunya,Rasul termenung,Alqomah masih tersiksa dengan sekaratnya,kemudian Rasul berkata lagi,"Baiklah Ali dan Bilal kembalilah kepada nenek itu dan minta dia datang kemari dan jangan katakan apa tujuan nya dan katakan saja Aku Rasulullah memintanya kemari.
Make mereka pergi membawa sebuah kendaraan yang sekedup,semacam tempat duduk di punggung unta untuk menjemput ibu Alqomah.Sementara itu Rasulullah memerintahkan sahabat lainnya untuk menumpuk kayu bakar dihalaman rumah Alqomah.Dan sahabat Rasul yang makin kepayahan dalam sekaratnya tersebut di angkat bersama pembaringannya kedekat unggunan kayu bakar.
Setelah Ali dan Bilal tiba membawa sang Nenek yang belum mau mengampuni anaknya itu,Rasulullah langsung menyongsong dengan penuh hormat,
"Selamat datang ,Nenek yang mulia"
"Terima kasih,hai Junjungan,jawab nenek tsb dengan bangga.
Namun tiba-tiba nenek raouh itu berubah roman mukanya,beliau kelihatan pucat pasi dan bertanya "Siapakah yang tergolek dipembaringan dekat timbunan kayu bakar itu ?"Rasulullah menjawab "Susunan daging kering itu adalah bekas anak nenek,Alqomah,dia durhaka kepada ibunya,jadi dia tersiksa dalam sekaratnya,karena itu daripada menderita berkepanjangan lebik baik akan kubakar dalam tumpukkan kayu yang sebentar lagi bakal di nyalakan.
Nenek itu semakin mengertas,pucat pias sekujur kulitnya,"Betulkan dia akan di bakar ?
Rasulullah mengangguk pasti,kecuali jika nenek mengampuni dosa-dosanya."Tidak ! teriak Nenek itu,Bakarlah dia aku tidak perduli,dia bukan anakku."
Rasul lalu mengisyaratkan kepada para sahabat untuk membakar tumpukkan kayu tsb.Setelah api menjilat-jilat kesegenap penjuru,Rasul memerintahkan agar Alqomah diangkat dari pembaringan dan dilemparkan ke dalam api.
Nenek itu terperanjat dia menjerit waktu Alqomah sudah di gotong menuju ke unggunan api "Betul-betulkah akan kau bakar dia hidup-hidup di depan ku,seorang wanita ?"
Rasul kembali mengangguk,Bila nenek tidak mau meberi maaf.
"Tidak !..tidak! nenek itu memekik histeris lebih baik dia di bakar daripada aku memaafkan nya,bakarlah dia,Alqomah bukan anakku.Maka dengan serempak Alqomah di angkat tinggi-tinggi dan di ayunkan hendak di lemparkan.
Hati seorang ibu nya menjerit dan menangis,dan berkata "Ya Rasulullah ,jangan bakar dia bagaimanapun Alqomah adalah darah dagingku sendiri,biarlah aku ampuni semua kesalahnnya.
Begitu terucap ucapan maaf dari sang ibu Alqomah seketika itu juga bisa mengucapkan asma Allah dan kalamit tauhidd an Alqomah meninggal dunia dalam keadaan tenang
Subhanallah.

Kesimpulan:
Seorang Alqomah yang jelas-jelas sahabat setia Rasululla ketika dalam keadaan sekarat pun mendapat ujian dari Allah hanya karena ibunya sakit hati ,apalagi kita yang cuma umat Rasul,bagaimana lagi ujian nya kalau kita menyakiti orang tua apa lagi seorang ibu.
Buat Para Ikhwan nih khsusunya,ini pelajaran berharga dan bisa di ambil hikmahnya ,selalu memilih yang terbaik buat ibu kita walau anda2 sudah beristri dan ingat karena seorang ibu kita ada kalau kita berbuat baik dan membahagiakan ibu insyaAllah anak-anak kita nanti nya juag berbuat sama. InsyaAllah

Sumber :
http://www.pdmbontang.com
Sosok peran ibu dalam Islam begitu mulia. Karena dari rahim dialah banyak sekali pemimpin yang berhasil. Yang paling terkenal adalah kepemimpinan Nabi Muhammad Saw. Bahkan Nabi pun bersabda, “Surga terletak di bawah telapak kaki ibu.” Saking terkenalnya hadis ini, sosok ibu menjadi tokoh yang banyak dikagumi oleh anak-anaknya. Sebagai wujud apresiasi, di Indonesia sendiri, diperingati secara khusus pada setiap tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Inilah fakta kelebihan ibu dibanding bapak karena di Indonesia tidak mengenal Hari Bapak.

Kemuliaan ibu memang sudah dikenal sejak zaman dulu. Setelah Allah menurunkan Adam dan Hawa ke bumi, kemuliaan sosok ibu terpancar dari Hawa terutama dari keajaibannya bisa mengeluarkan air susu buat anak-anaknya. Kini kita mengenalnya sebagai Air Susu Ibu [ASI]. Tak dipungkiri lagi, faedah ASI sampai detik ini pun tetap nomor satu bagi pertumbuhan anak. Itu secara fisik. Sedangkan secara psikologis, dari dulu ibu adalah sosok yang dipercaya memiliki intuisi tajam dalam merawat anak. Intuisi ini bahkan seringkali bersifat spiritual. Misalnya, perihal izin dan restu. Dalam Islam, seseorang yang melakukan sesuatu atas izin dan restu dari ibu adalah kepatuhan yang bisa berdampak baik di mata Allah. Tak heran dalam sebuah riwayat, Nabi sempat menghadapi pengikutnya yang menanyakan izin dari ibu ketika hendak berperang. Seorang lelaki muda meminta saran kepada Nabi dan berkata, “Wahai Nabi Allah, saya ingin sekali pergi ke medan jihad untuk kemajuan Islam. Namun ibuku tidak memberiku izin. Apa yang harus saya lakukan?” Nabi pun menjawabnya, “Tinggalah bersama ibumu. Demi Tuhan yang memilih saya sebagai Nabi bahwa kamu mendapatkan pahala untuk mengikuti keinginannya walau semalam dan membahagiakannya dengan kehadiranmu, jauh lebih besar ketimbang perang jihad selama satu tahun.”

Kisah tersebut adalah bagian kecil dari sekian banyak Islam memuliakan sosok ibu. Namun, seringkali kita dengar bahwa eksistensi ibu dalam ranah kekuasaan seringkali masih di bawah bayang-bayang superioritas bapak/ayah sebagai pemimpin keluarga. Ini meluas juga dari sisi gender bahwa kekuasaan kaum perempuan lebih terbatas ketimbang laki-laki terutama dalam lingkup publik.

Memang perjuangan wanita untuk memperoleh hak-haknya, terutama dalam konteks kepemimpinan memerlukan waktu beradab-abad. Kelirunya, banyak beberapa kalangan menyebut Islam sebagai penghalang untuk memperolah hak-hak yang setara dengan pria. Padahal masalah tersebut muncul bukan dari ajaran Islam, tetapi dari adat istiadat yang konservatif pada zaman dulu. Justru dalam Islam, sosok ibu atau perempuan mendapatkan tempat terhormat dan setara dengan kaum laki-laki. Kalaupun dalam ajaran Islam disebutkan bahwa lelaki adalah pemimpin dalam keluarga, itu hanya bersifat nisbi untuk menghindari dualisme kepemimpinan.

Kesetaraan perempuan dan laki-laki sebenarnya jelas disebutkan dalam al-Qur’an surat An-Nisâ’ [4] ayat 1, “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan peliharalah hubungan kekeluargaan [tali rahim].”
Jika merujuk surat dan ayat tersebut, jadinya seperti mengada-ngada bahwa perempuan dan lelaki tidak setara karena ajaran Islam. Toh, secara global pun Islam mengakui pemimpin-pemimpin perempuan dari beberapa negara dan sampai sekarang hampir tak ada yang ditentangnya secara ekstrim. Umat Islam ikut bangga dengan kepemimpinan Benazir Bhutto di Pakistan. Di Indonesia sendiri kita mengakui kepemimpinan Cut Nyak Dhien dalam Perang Aceh. Jadi, adakah yang salah dengan itu?

Dalam perspektif modern, sosok ibu sebagai pemimpin bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam mengurus rumahtangga dan anaknya secara sendiri. Di Indonesia, kita mengenalnya dengan istilah orangtua tunggal atau single parent. Banyak sudah para ibu menjalani status single parent. Bahkan di antaranya berhasil mendewasakan anaknya sampai sukses. Di Indonesia, ada dua teladan ibu yang perlu kita ketahui bahwa kepemimpinan ibu dalam berbeda dengan kemimpinan ayah. Dua Ibu ini adalah Bunda Iffet, ibunda Bimbim, [personil grup Slank] dan Titi Qadarsih, ibunda Indra Qadarsih [musisi]. Kebetulan Bunda Iffet dan Titi Qadarsih punya pengalaman yang sama dalam menghadapi anaknya. Mereka sempat dilanda cobaan ketika anak-anaknya terjerat narkoba. Padahal Bunda Iffet dan Titi Qadarsih saat itu sudah ditinggal wafat suaminya. Namun dengan ketelatenan dan kesabaran penuh kasih sayang, Bunda Iffet dan Titi Qadarsih bisa memulihkan anak-anaknya menjadi sehat kembali. Inilah perpaduan yang sukses dari seorang ibu; kepemimpinan dan kasih sayang.

Jadi, apalagi yang harus diragukan dari kemuliaan seorang ibu sebagai pemimpin dan sebagai pemberi kasih? Dalam konteks kepemimpinan keluarga dan golongan, sosok ibu atau perempuan sempat digambarkan oleh budayawan Emha Ainun Nadjib. Emha menganologikan perempuan adalah pengembala yang selalu berada di belakang itik-itiknya. Ini artinya, perempuan atau ibu bisa jadi sosok penunjuk jalan menuju kebenaran. Selain itu Emha pun sempat berkelakar soal perempuan dalam shalat jamaah. “Mengapa perempuan kalau sholat berjamaah tak pernah jadi imam kalau ada lelaki? Kalau perempuan yang jadi imam, kemungkinan shalat lelaki tidak akan khusyu’ saat ruku. Matanya akan melihat sesuatu yang bisa membatalkan shalat”.

Sumber : http://alifmagz.com
Seorang ibu adalah anugrah bagi seorang anak atau malah sebaliknya? Entahlah, aku belum jadi ibu. Kalo ibuku jelas anugrah buatku, aku gak berani nanya apa aku anugrah atau bukan anugrah buat ibuku, aku banyak nyusahinnya sich dan mari kita bernyanyi:

I said I’m sorry mama
I didn’t mean to hurt you
I don’t wanna make you cry
but ti nite, I’m cleaning out my closet…

Tapi kita tidak membicarakan tentang aku, tapi tentang seekor ibu bernama Mimi si kucing betina. Mimi ini kucingnya Ita, temanku yang pecinta kucing sejati bahkan kalo makanpun kayak kucing, suka ditinggal-tinggal. Ita punya 2 kucing, yang pertama si Mimi yang masih pradewasa dan yang kedua J-Lo alias Jelek Lo!. J-Lo ini masih ABG, dulu namanya chacha, setelah insiden BAB di kasur Ita dia ganti nama jadi Bangsat, karena gak sopan jadi J-Lo dech. J-Lo sebenarnya cantik tapi aku sebal sama dia akhir-akhir ini karena suka BAB di mana-mana, rumah kost kami jadi semerbak. Belum lagi sekarang dia lagi liar-liarnya, suka gangguin Mimi.

Tiga minggu yang lalu, Mimi melahirkan 2 anak betina yang lucu bernama Lucci dan Califa hasil dari pergaulan bebasnya dijalanan, yang menghamili Mimi ini kucing liar yang sangat jantan, badannya gede, belang putih kuning yang keren yang kami beri nama garfield. Garfield punya saudara perempuan yang namanya Britney, si britney satu cetakan sama Garfield bedanya Britney adalah kucing betina yang udah disteril jadi dia gendut banget, bukannya gede kayak garfield. Dua saudara ini suka gangguin Mimi, entah dendam apa mereka pada kucing kami.

Dulu sebelum punya anak, Mimi lumayan gemuk tapi sekarang dia kurus. Karena corak bulu mimi abstrak, dia keliatan kayak kucing gak keurus, untungnya corak badan Mimi gak nurun ke anak-anaknya. Lucci mirip Garfield, belang kuning putih yang cantik dan Califa tiga warna yang simetris. Agak mirip J-Lo, bedanya J-Lo cuma hitam putih. Sebagai ibu muda, Mimi keliatan menyedihkan, selain kurus dia juga agak kuyu. Aku kagum sama Mimi karena dia berdedikasi sekali. Menyusui anaknya meskipun dia sedang lapar karena ita belum beli makanan buat dia, tidur dengan posisi aneh sambil terus menyusui anaknya, membersihkan kutu di badan anaknya dan saat tengah malam dia suka menghembuskan nafas panjang layaknya manusia yang sedang susah. Meskipun susah, mimi gak pernah lupa pada anaknya, kedua anaknya yang tinggal di kardus mi instan di kamar ita selalu dijenguk. Dia sangat sopan dalam hal minta izin masuk rumah, minta makan bahkan dia BAB di lokasi yang terlihat saat kami lupa mengeluarkannya dari rumah, gak seperti J-Lo yang BABnya nyumput di lokasi tidak strategis bikin susah dibersihin. Intinya kami semua dikostan jadi suka kucing gara-gara Ita.
Beberapa hari ini di berbagai televisi menyiarkan kasus seorang ibu yang bernama Dorkas Silitonga, yang telah 6 tahun menunggu kehadiran sang buah hati. Akhirnya Allah menjawab do’a2 Ibu Dorkas dan suaminya. Alhamdulillah setelah 6 tahun menunggu akhirnya Ibu Dorkas mengandung jg.
Bulan demi bulan beliau lalui tanpa masalah yang berarti. Tiba akhirnya beliau melahirkan buah hatinya. Alhamdulillah buah hatinya lahir dengan selamat dan sehat wal’afiat. Namun sungguh disayangkan sekali, setelah operasi caesar, Ibu Dorkas langsung tak sadarkan diri hingga dalam waktu yang cukup lama. Baru dalam waktu 3 bulan beliau sadar dari komanya yang berkepanjangan.
Namun, sungguh disayangkan sekali beliau tidak bisa merawat sang buah hati yang telah ia nantikan kehadiran. Akibat dari koma yang berkepanjangan beliau harus tetap terbaring kaku di atas tempat tidur, hanya untuk makan dan minum ia harus dibantu oleh keluarganya. Dan ia hanya bisa makan dalam bentuk cair yang disalurkan melalui selang di hidungnya…

Allahu Akbar, sungguh malang si buah hati. Sejak lahir ia tidak pernah merasakan hangatnya dekapan seorang ibu. Dia pun tidak bisa merasakan nikmatnya Air Susu Ibunya. Ibu Dorkas pun begitu merindukan sang anak, belum lagi telah banyak biaya yang telah dikeluarkan keluarganya untuk menebus biaya rumah sakit dan obat2annya. Tak tanggung ratusan juta sudah dihabiskan dan itu pun masih kurang 3 juta lagi.
Anehnya pihak rumah sakit saat dimintai konfirmasinya seolah2 tak mau bertanggung jawab. Katanya semua operasi berjalan dengan mulus dengan alat2 yang komplit. Tapi nyatanya? Apa yang terjadi pada Ibu Dorkas setelah operasi pihak rumah sakit tak mau bertanggung jawab. Lantas siapa yang harus bertanggung jawab atau yang harus disalahkan? IBu Dorkas yang tak berdaya? Atau si Dokter yang telah melakukan Mal Praktik? Waalluhu’alam Hanya Allah Ynag Maha Tahu…
Ya Allah, berikan keadilan di dunia ini.
Kembalikan kesehatan Ibu Dorkas seperti sedia kala sehingga dia bisa merawat dan bermain nersama anak2nya. Amien…

Kejadian seperti ini dulu pernah juga dialami oleh Ibu Agil dari Bogor, yang hingga 6 tahun dia dalam keadaan koma. Dan Alhamdulillah kini kesehatannya berangsur2 membaik. Aku gak tau tuh berapa biaya yang telah keluarganya keluarga. Tapi jujur, kau salut dengan suaminya yang tetap optimis, sabar, ikhlas dan pasrah dengan kesembuhan sang istri.
Subhannallah, dunia ini memang begitu kaya ya?
Disaat seorang ibu sangat menginginkan dirinya untuk bisa hamil dan membuktikan kepada orang2 yang telah mencemooh dirinya, dia pun jg harus melalui ujian yg sangat berat. Setelah dia melahirkan harus mengalami kejadian yg sangat menyedihkan bagi anak, suami dan keluarganya.
Dari ke-2 kasus ini kita tahu bahwa pengorbanan seorang ibu sungguh besar. Di saat melahirkan dia mempertaruhkan nyawanya demi si anak.
Terkadang aku miris melihat ibu yang tega membuang bayinya darah dagingnya sendiri yang telah susah payah ia lahirkan toh akhirnya akan ia buang juga. Entah dengan alasan perselingkuhan, tidak siap memiliki bayi karena anaknya sudah banyak atau apalah tapi menurutku itu tetap dosa. Kemana akal sehat mereka? Tega melakukan itu semua pd anak yang tak berdosa. Padahal masih banyak seorang ibu yang belum bisa memiliki buah hati dari rahimnya sendiri. Anak itu kan Amanah dari Allah yang harus kita jaga dan rawat sebaik2nya. Bukan untuk dibuang. Ya mungkin satu2nya cara bisa kan dititipkan di Panti Asuhan untuk bisa diadopsi bukan untuk dibuang di selokan, di kali ato dimana aja.

Astaghfirullahaladzim…Ibu, maafkan atas semua dosa2 kami selama ini. Engkau telah melahirkan, memberikanku ASI, merawatku hingga kini aku telah berumah tangga dan Insyaallah Atas Ijin Allah suatu saat nanti aku pun jg bisa mengandung. Ampuni dosa2 kami Ibu, yang pernah melukai perasaanmu. Pengorbananmu tidak dapat diukur atau diganti dengan apapun jua. Tak ada yang bisa membalas semua pengorbanan untukku selama ini. Hanya do’a yang bisa ku panjatkan semoga Ibu mendapatkan tempat yang indah disisi Allah dan Ibu kembali pada Allah dalam keadaa Khuznul Khotimah…Allahumma Amien

Hal yang utama dalam hidup ini adalah rasa syukur. Karena hanya dengan rasa syukurlah InsyaAllah Allah akan selalu mempermudah jalan kita menjalani setiap ujian yang Dia berikan.
Sabar, Ikhlas dan Pasrah pun sama pentingnya dengan rasa syukur. Karena Sesungguhnya hanya Allah yang Mengatur apa yang akan terjadi pada Hamba-Nya.

Syukur, Sabar, Ikhlas dan Pasrah, kedengarannya memang sepele ya? tapi ke-4 hal ini sangat susah untuk dilakukan manusia yang masih mempunyai kesempatan menikmati dunia.
Mari kita sama2 menjalani ke-4 hal diatas Insyaallah Allah akan membantu di setiap kesusahan2 kita. Karena dibalik kesusahan ada kemudahan dan dibalik kemudahan ada kesusahan.

Sumber : http://widyautoyo.wordpress.com

Glitter Text